REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta pihak-pihak yang menandatangani kesepakatan Istanbul pekan lalu untuk menghormati dan menerapkan pakta tersebut. Perjanjian itu menengahi Rusia dengan Ukraina dalam membuka blokir ekspor biji-bijian Laut Hitam Ukraina.
"Kami mengharapkan setiap orang untuk memiliki tanda tangan mereka dan bertindak sesuai dengan tanggung jawab mereka," kata Erdogan dalam wawancara langsung dengan penyiar nasional TRT Haber.
"Dengan kesepakatan ini, dampak krisis pangan global yang mencapai dimensi serius akan mulai mereda," katanya.
Pekan lalu, Turki, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rusia, dan Ukraina menandatangani kesepakatan penting untuk melanjutkan ekspor biji-bijian melalui pelabuhan Ukraina di Odesa, Chernomorsk, dan Yuzhny. Pengiriman ini akhirnya bisa dilakukan setelah berbulan-bulan tersumbat karena perang Rusia-Ukraina yang telah memasuki bulan keenam.
Berdasarkan kesepakatan itu, pusat koordinasi bersama didirikan di Istanbul untuk melakukan inspeksi di pintu masuk dan keluar pelabuhan. Tindakan ini dilakukan untuk memastikan keamanan rute.
Hanya saja ada kekhawatiran pakta ini akan gagal dijalankan usai serangan rudal Rusia ke Pelabuhan Odesa Ukraina sehari setelahnya. Erdogan mengatakan, tindakan itu membuat sedih Ankara dan menegaskan kegagalan dalam menjalankan pakta justru hanya akan akan merugikan semua pihak.