Selasa 26 Jul 2022 14:00 WIB

Dokter Paru: Gejala Khas Infeksi Omicron BA.4 dan BA.5 Terasa Hingga Pangkal Hidung

BA.4 dan BA.5 memiliki gejala khas yang sedikit berbeda dari infeksi varian lain.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 merupakan infeksi yang lebih virulen, membuat penderita Covid-19 merasakan gejala yang lebih banyak.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 merupakan infeksi yang lebih virulen, membuat penderita Covid-19 merasakan gejala yang lebih banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian baru virus penyebab Covid-19 kini telah menjadi dominan dalam pandemi. Gejalanya omicron BA.4 dan BA.5 disebut-sebut sedikit berbeda dari infeksi sebelumnya.

Bagi sebagian besar orang yang pernah kena Covid-19 mungkin sudah familiar dengan tanda-tanda atau gejalanya. Tetapi, dengan adanya dua varian baru yang saat ini menjadi mayoritas kasus di beberapa negara, termasuk Inggris, ada beberapa gejala baru yang perlu diperhatikan.

Baca Juga

Varian BA.4 dan BA.5 berkembang dari strain omicron yang sangat menular dan pertama kali dicatat di Inggris pada musim semi ini. Pada bulan Mei, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah menetapkan subvarian tersebut sebagai "varian yang menjadi perhatian".

Kini, diperkirakan 78,7 persen kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Inggris adalah akibat omicron BA.5. Seorang dokter menjelaskan bagaimana orang yang terinfeksi BA.4 atau BA.5 cenderung mengalami masalah pernapasan di area tertentu.

Joseph Khabbaza MD, seorang dokter paru dan perawatan kritis di Cleveland Clinic, mengatakan kepada The New York Times bahwa pasien yang terinfeksi BA.4 dan BA.5 sering mengalami gejala pernapasan bagian atas.

"Itu dialami mulai dari pita suara ke pangkal hidung," kata Khabbaza, seperti dikutip dari laman Express.co.uk, Selasa (26/7/2022).

Khabbaza telah menangani lebih banyak pasien dengan sinus tersumbat yang menyakitkan dan sakit tenggorokan parah. Aplikasi ZOE Covid Study yang dikembangkan King's College London juga telah mengumpulkan data tentang gejala Covid-19 yang dikembangkan populasi umum selama pandemi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement