REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyambut baik upaya untuk mengkoordinasikan langkah-langkah menghemat gas di seluruh Uni Eropa. Ia menekankan blok itu akan bersatu sementara Rusia semakin mencekik pasokan gasnya ke Jerman dan negara-negara lainnya.
"Kami tidak akan terpecah karena kelangkaan gas, justru kami akan bersatu, dan itu merupakan sinyal yang paling penting ke Presiden Rusia (Vladimir Putin)," kata Baerbock di Praha usai bertemu Menteri Luar Negeri Ceko, Selasa (26/7/2022).
Sebelumnya Rusia mengatakan akan memotong pasokan gas ke Eropa pada Rabu (27/7/2022) besok. Sementara negara-negara Uni Eropa akan menyetujui proposal untuk mengurangi permintaan gas demi melepaskan diri dari ketergantungan pada energi Rusia dan kemungkinan pemotongan total.
Pada Senin kemarin (25/7/2022) kemarin perusahaan energi raksasa Rusia Gazprom mengatakan aliran gas ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1 akn turun menjadi 33 juta kubik meter per hari. Setengah dari aliran gas yang saat ini yang sudah dipotong 40 persen dari kapasitas normal.
Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, Eropa mengimpor 40 persen gas dan 30 persen minyak dari Rusia. Kremlin mengatakan gangguan ini disebabkan masalah pemeliharan dan sanksi-sanksi negara Barat sementara Uni Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan energi.
Politisi-politisi di Eropa berulang kali mengatakan Rusia dapat menghentikan aliran gas mereka pada musim dingin tahun ini. Langkah itu dapat mendorong Jerman ke resesi dan merugikan konsumen yang sudah tertekan oleh inflasi.