REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Negara anggota Uni Eropa telah sepakat akan mengikis konsumsi gas mereka sebesar 15 persen. Mereka pun bakal mengurangi ketergantungan pasokan gas dari Rusia.
“Ini bukan misi yang mustahil! Para menteri telah mencapai kesepakatan politik tentang pengurangan permintaan gas menjelang musim dingin mendatang,” kata kepresidenan Uni Eropa yang saat ini dipegang oleh Republik Ceko lewat akun Twitter-nya, Selasa (26/7/2022).
Kesepakatan tersebut tercapai hanya sehari setelah perusahaan energi milik pemerintah Rusia, Gazprom, mengumumkan bahwa mereka akan memangkas pasokan gas alam lewat pipa Nord Stream hingga 20 persen dari kapasitas. Gazprom mengungkapkan, mereka bakal memangkas pasokan gas menjadi 33 juta meter kubik per hari mulai Rabu (27/7/2022). Gazprom beralasan, langkah itu diambil karena adanya perbaikan peralatan.
Langkah Gazprom diperkirakan akan membuat krisis suplai gas di Eropa kian dalam. Kementerian Ekonomi Jerman telah mengkritik keputusan Gazprom. Berlin menilai, perbaikan peralatan hanyalah dalih dari Gazprom untuk melakukan pemangkasan pasokan gas lebih lanjut. Jerman menilai, langkah Gazprom adalah tindakan “politik” untuk menekan Barat dalam konteks perang di Ukraina.
Jaringan pipa Nord Strem membentang sepanjang 4.500 kilometer. Ia merupakan jalur pasokan gas dari Rusia ke Jerman. Pipa di wilayah Rusia dioperasikan oleh Gazprom. Pada Senin lalu, Menteri Energi Republik Ceko Jozef Sikela mengatakan, pemotongan suplai gas oleh Rusia merupakan bukti bahwa Eropa harus mengurangi ketergantungan energinya pada Moskow sesegera mungkin.
“Persatuan dan solidaritas adalah senjata terbaik yang kita miliki untuk melawan (Presiden Rusia Vladimir) Putin. Saya yakin itulah yang akan kita tunjukkan hari ini,” kata Sikela menjelang pertemuan menteri energi negara anggota Uni Eropa di Brussels, Belgia, dilaporkan laman Euronews.