Selasa 26 Jul 2022 23:31 WIB

Carlos The Jackal, Non-Arab Pertama yang Ikut Perjuangkan Palestina

Carlos The Jackal berasal dari Venezuela yang gigih turut perjuangkan Palestina

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Palestina. Carlos The Jackal berasal dari Venezuela yang gigih turut perjuangkan Palestina
Foto: AP/Mahmoud Illean
Ilustrasi Palestina. Carlos The Jackal berasal dari Venezuela yang gigih turut perjuangkan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Ilich Ramírez Sánchez, yang dikenal sebagai Carlos the Jackal, adalah sosok yang dicap sebagai teroris internasional yang selama beberapa dekade menjadi buronan paling dicari di dunia. 

Dia lahir di Venezuela dari keluarga yang kaya. Ayahnya adalah orang yang membenci Barat. Carlos terlibat dalam perjuangan politik di usia muda. 

Baca Juga

Carlos berusia 15 tahun ketika dia pertama kali menculik dan membunuh seseorang. Kegiatan terornya menyebabkan kematian lebih dari 1.500 orang. 

Tindakan ini sebagian besar dilakukan saat bekerja untuk Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Perbuatannya pertama kali terungkap setelah dia dikeluarkan dari universitas dan bergabung dengan kamp pelatihan PFLP sebagai relawan asing di Yordania pada 1970. 

Carlos mengalami secara langsung peristiwa Black September, ketika Raja Hussein membantai ribuan orang Palestina. Carlos bertempur di pihak Palestina, dan kemudian bergabung dengan PFLP. Selama itu, ia menyasar target di Israel dan Eropa. 

Semua badan intelijen utama mencoba menangkapnya, tetapi dia berhasil menghindar selama 20 tahun, bersembunyi di negara-negara seperti Suriah, Yordania, Iran, Irak, dan Sudan. 

Dia dekat dengan para pemimpin seperti Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi. Sebagai teroris bayaran, dia berkolaborasi dengan para pemimpin Arab lainnya melawan Barat dan Israel.

Pada 1994, setelah dua dekade dalam pelarian, Carlos ditangkap agen Prancis dalam misi yang berani dan sejak itu ia dipenjara di Prancis. Kepada Sutradara Yaron Nisi dan Dani Liber yang mewawancarainya, Carlos menceritakan tentang pengejaran terhadap dirinya selama bertahun-tahun. 

"Saya dari Venezuela, orang tua Venezuela saya telah lama meninggal. Saya seorang komunis, sama seperti ayah saya, seorang komunis Stalinis. Saya percaya pada Tuhan, saya Muslim Sunni. Saya percaya pada tujuan Palestina. Saya adalah orang non-Arab pertama yang bergabung dengan perjuangan Palestina. Saya sendiri telah membunuh setidaknya 83 orang, dan antara 1.500-2.000 telah terbunuh atas perintah saya," kata Carlos, dikutip dari laman JWS, Senin (25/7/2022). 

Dia mengungkap bagaimana akhirnya dijuluki "Carlos the Jackal". Dia mengaku memiliki lebih dari seratus paspor palsu selama hidupnya. Di antara paspor itu, yang pertama kali dia gunakan adalah untuk misi di Eropa. Itu adalah paspor Peru yang dibuat di Baghdad. 

Nama yang tertulis di atasnya adalah Carlos Andrez Martines Tores. Setelah misi penembakan, yang dipublikasikan di media, barulah dia dipanggil Carlos dan bahkan dijuluki serigala, yang terinspirasi oleh novel "The Day of The Jackal", yang ditemukan di antara barang-barangnya di kamar hotel  ketika melarikan diri.

"Nama Palestina saya adalah Saleem Muhammad," jelasnya. Carlos juga menyampaikan soal bagaimana dia bergabung dalam PFLP. Dia mengatakan berasal dari keluarga yang sangat menarik. Ayahnya anti-Zionis dan komunis. Ibunya seorang sosial demokrat dan sangat pro-Yahudi tetapi anti-Zionis. Ibunya berkata bahwa orang-orang Yahudi telah dibantai oleh Nazi Jerman, dan harus dilindungi. 

"Itu sangat aneh, tetapi orang tua saya memiliki pandangan yang berlawanan. Saya terlibat dalam kelompok anti-Barat di Venezuela. Pada 1970, orang-orang Palestina memiliki kamp pelatihan tempur di Yordania. Jadi saya berkata kepada teman-teman saya, saya akan pergi dulu dan dari sana kita akan pergi ke Venezuela dan berperang gerilya," ucapnya.

Carlos kemudian pergi ke Yordania pada Juli 1970 dan dia adalah satu-satunya orang asing. "Saya adalah pahlawan mereka, salah satu yang selamat. Saya pejuang yang hebat. Setelah itu, saya bergabung dengan PFLP, jadi saya tidak sengaja menjadi anggota asing pertama sejak November 1970. Para pejuang Palestina sangat menghormati saya," ungkapnya.

 

Sumber: jns  

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement