Rabu 27 Jul 2022 01:50 WIB

Konsumsi Buah dan Sayur Kurangi Risiko Kematian Dini

Mengonsumsi buah dan sayur bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian dinI

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Mengonsumsi buah dan sayur bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian dinI. (ilustrasi)
Foto: www.piqsels.com
Mengonsumsi buah dan sayur bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian dinI. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mengonsumsi buah dan sayur dilaporkan bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian dini. Lebih dari 500 ribu warga Inggris telah diperiksa selama rata-rata sembilan tahun untuk tujuan studi Biobank Inggris.

Data yang diperiksa termasuk usia, jenis kelamin, etnis, kekurangan, indeks massa tubuh, merokok, asupan alkohol, aktivitas fisik, diet, dan kondisi medis seperti diabetes, kanker serta penyakit jantung. Hampir 18.500 kematian dini (didefinisikan sebagai kematian sebelum usia 75 tahun) dicatat setelah data dikumpulkan antara tahun 2006 dan 2010.

Baca Juga

Selain menemukan bahwa sering menambahkan garam ke makanan dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih tinggi, Para peneliti menemukan risiko ini cenderung sedikit berkurang pada orang yang makan lebih banyak buah dan sayuran. Hal ini terjadi meskipun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Studi ini diterbitkan dalam European Heart Journal.

“Kami tidak terkejut dengan temuan ini karena buah dan sayuran merupakan sumber utama potasium yang memiliki efek perlindungan dan dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah,” kata pemimpin studi, Profesor Lu Qi dari Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine, seperti dikutip dari laman Euro News, Selasa (26/7/2022).

Kalium dikenal untuk melindungi terhadap risiko penyakit jantung dan penyakit metabolik seperti diabetes. Sedangkan natrium meningkatkan risiko kondisi seperti kanker, tekanan darah tinggi, dan strok. Para peneliti memfokuskan analisis pada tambahan garam, terlepas dari yang ditambahkan selama memasak.

“Menambahkan garam ke makanan di meja adalah perilaku makan umum yang secara langsung berhubungan dengan preferensi jangka panjang seseorang terhadap makanan yang berasa asin dan kebiasaan mengonsumsi garam,” kata Qi.

Dalam diet Barat, menambahkan garam ekstra pada makanan menyumbang 6-20 persen dari total asupan garam dan memberikan cara unik untuk mengevaluasi hubungan antara asupan natrium kebiasaan dan risiko kematian. Namun, penulis penelitian memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan yang tergesa-gesa karena penelitian ini adalah yang pertama melaporkan hubungan antara menambahkan garam ke makanan dan kematian.

“Studi lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan sebelum membuat rekomendasi,“ lanjut Qi.

Menghilangkan garam sepenuhnya dari makanan masih kontroversial, menurut Profesor Annika Rosengren, seorang peneliti senior di Gothenburg University yang tidak terlibat dalam penelitian. Hal itu mengingat berbagai indikasi bahwa asupan natrium yang sangat rendah mungkin tidak bermanfaat atau bahkan berbahaya.

“Penting untuk membedakan antara rekomendasi secara individu dan tindakan pada tingkat populasi,” tulisnya dalam editorial yang menyertai penelitian tersebut.

Studi ini disebut memiliki banyak kekuatan tetapi juga beberapa keterbatasan. Paling tidak, peserta di Biobank Inggris sangat tidak representatif, hanya sekitar 10 persen dari mereka yang diundang berpartisipasi dan lebih tua, lebih kaya, dan kurang beragam secara etnis daripada populasi.

Namun, orang yang berisiko tinggi karena penyakit jantung mungkin harus mengurangi asupan garam mereka dan tidak menambahkan garam ekstra ke makanan yang sudah disiapkan. Sedangkan untuk orang sehat, tidak perlu terlalu khawatir tentang asupan garam.

“Namun memang benar jangan mengonsumsi terlalu banyak", kata Martin McKee, profesor kesehatan masyarakat Eropa dan direktur penelitian di Observatorium Eropa tentang Sistem dan Kebijakan Kesehatan di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement