REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut sejumlah perusahaan China berminat untuk melakukan investasi sektor energi di Indonesia. Retno menyampaikan hal tersebut seusai mendampingi Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden RRT Xi Jinping dan Perdana Menteri (Premier) RRT Li Keqiang di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing.
"Pembicaraan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi dengan perusahaan-perusahaan tersebut sudah cukup detail dan sekali lagi tampak komitmen kuat para investor RRT untuk memperkuat investasi berkualitas di Indonesia yang saling menguntungkan," kata Retno di Beijing pada Selasa (26/7/2022).
"Pada tanggal 25 Juli Menko Marves dan saya telah melakukan beberapa pertemuan dengan investor RRT yaitu Tongkun Holding Group Co dan Xinfengming Group Co di bidang pembangunan mata rantai petrokimia di Kalimantan Utara," ungkap Retno.
Pertemuan juga dilakukan dengan Chery Automobile Co Ltd mengenai investasi kendaraan listrik dan baterai UV serta. Pertemuan juga digelar dengan Synfuels China Technology Co Ltd mengenai investasi proyek transisi energi, pengolah "coal to liquid" (CTL) dan "gas to liquid" (GTL).
"Dan terakhir pertemuan dengan Fuhai Group mengenai investasi pengembangan pabrik besi dan baja, pabrik kimia batubara, pembangkit listrik, manufaktur mesin, kilang minyak, pelabuhan di kawasan industri di Jambi," tambah Retno.
Menurut Retno, pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Xi maupun Premier Li berfokus untuk meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan dan kerja sama di bidang prioritas lainnya, antara lain perdagangan, investasi, kesehatan, maritim, dan isu kawasan dan dunia. "Di bidang investasi, investasi yang berkualitas untuk pembangunan ekonomi hijau, antara lain di bidang energi terbarukan, pengembangan mobil listrik, pengembangan industri baterai, dan pengembangan 'green industrial park'. Kedua pemimpin juga membahas peningkatan investasi untuk mengembangkan industri hilirisasi petrokimia dan sektor telekomunikasi serta semi konduktur," jelas Retno.
Kerja sama konkrit yang sangat menguntungkan dalam konteks Global Development Initiative atau GDI akan dilakukan kedua negara. "Jika kerja sama konkrit dapat dilakukan maka pencapaian SDGs negara berkembang dapat lebih baik," ungkap Retno.
Dalam kunjungan tersebut, kedua negara juga telah menyepakati beberapa kesepakatan yaitu:
1. Pembaruan nota kesepahaman (MoU) Sinergi Poros Maritim Dunia dan Belt Road Initiative
2. MoU Kerja sama Pengembangan dan Penelitian Vaksin dan Genomika
3. MoU mengenai Pembangunan Hijau
4. Pengaturan Kerja sama Kelautan
5. Protokol mengenai ekspor nanas Indonesia
6. Pengaturan Kerja Sama Pertukaran Informasi dan Penegakan Pelanggaran Kepabeanan
7. Rencana Aksi Kerja Sama Pengembangan Kapasitas Keamanan Siber dan Teknologi.