Rabu 27 Jul 2022 09:41 WIB

IHSG Kembali Tembus 6.900 Terdongkrak Saham Teknologi

Penguatan saham teknologi membuat IHSG bertahan di zona hijau.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG melanjutkan kenaikan pada pembukaan perdagangan Rabu (27/7/2022). IHSG menguat ke level 6.889,93 dan terus menembus level 6.900.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG melanjutkan kenaikan pada pembukaan perdagangan Rabu (27/7/2022). IHSG menguat ke level 6.889,93 dan terus menembus level 6.900.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kenaikan pada pembukaan perdagangan Rabu (27/7/2022). IHSG menguat ke level 6.889,93 dan terus menembus level 6.900 setelah ditutup naik pada perdagangan kemarin. 

Penguatan saham teknologi membuat IHSG bertahan di zona hijau dengan BUKA naik 2,14 persen, EMTK naik 1,11 persen dan GOTO naik 1,37 persen. Selain itu, saham 4 bank besar juga kompak menguat di awal perdagangan. 

Baca Juga

Riset Phillip Sekuritas Indonesia memproyeksi IHSG berpotensi menguat. Menurut riset, pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen eksternal terutama kebijakan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed). 

"The Fed diproyeksikan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps untuk melawan inflasi. Jika benar, maka selama kurun waktu Juni dan Juli, suku bunga acuan naik 150 bps, terbesar sejak dekade 1980an," tulis Phillip Sekuritas dalam risetnya, Rabu (27/7/2022). 

Berkaitan dengan resesi, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperingatkan ekonomi dunia mungkin akan segera menghadapi resesi. IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi (GDP) global akan mencapai 3,2 persen di 2002, turun dari proyeksi pada bulan April, 3,6 persen.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 2 bps menjadi 2,8 persen. Kurva selisih imbal hasil antara US Treasury bertenor 2 tahun dan 10 tahun telah bergerak terbalik (inverted) selama lebih dari 2 minggu dan bahklan semakin melebar menjadi -25,7 bps.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah melemah karena investor mengkhawatirkan Tingkat Kepercayaan Konsumen AS yang semakin lemah. Data Consumer Confidence Index (CCI) yang dirilis oleh the Conference Board turun 2,7 poin ke level 95,7 di bulan Juli. Ini adalah level terendah sejak Februari 2021 dan menandakan penurunan selama 3 bulan beruntun.

Harga minyak mentah juga tertekan oleh ekspektasi ada 20 juta barel minyak lagi akan dirilis dari cadangan minyak strategis Pemerintah AS.

Dengan berbagai sentimen ini, Phillip Sekuritas Indonesia merekomendasikan sejumlah saham yang berpotensi menguat secara teknikal.

PMMP

Short Term Trend   : Bearish

Medium Term Trend  : Bearish 

Trade Buy          : 394

Target Price 1     : 420

Target Price 2     : 436

Stop Loss          : 368

BMRI

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish 

Trade Buy          : 8050

Target Price 1     : 8800

Target Price 2     : 9175

Stop Loss          : 7300

CEKA

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 2420-2430

Target Price 1     : 2660

Target Price 2     : 2810

Stop Loss          : 2170

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement