REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beruang kutub (Ursus maritimus) terpaksa mengobrak-abrik kota dan tempat pembuangan sampah sebagai akibat dari perubahan iklim. Menurut sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Oryx, intensitas kontak manusia-beruang di Kutub Utara terus meningkat.
Dilansir dari Live Science, enam studi kasus menunjukkan kontak beruang kutub di atas rata-rata (dan terkadang fatal) dengan komunitas Arktik di Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia. Selama beberapa tahun atau dekade terakhir, telah terjadi peningkatan jumlah penampakan beruang kutub di setiap kota atau desa.
Misalnya, beruang menyerbu tempat sampah di dua komunitas Arktik di Rusia pada 2019. Sebanyak 52 beruang kutub tercatat di Belushya Guba, pemukiman berpenduduk sekitar 2.000 orang, yang menggambarkannya sebagai "invasi massal."
Beberapa beruang berkelana lebih jauh ke kota dan berusaha memasuki gedung. Sementara itu, 60 beruang kutub menduduki tempat pembuangan sampah kota selama beberapa minggu di Ryrkaypiy, sebuah komunitas dengan 600 penduduk.
Laporan itu juga mencatat bahwa dua beruang kutub di Arktik Kanada ditembak dan dibunuh pada 2015 dan 2016 setelah terlalu dekat dengan daerah berpenduduk. Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menjadi penyebab meningkatnya kontak antara manusia dan beruang kutub.
Menurut laporan tersebut, keenam desa studi kasus terletak dekat dengan garis pantai di mana es laut terbentuk pada akhir Oktober, menyediakan platform bagi beruang kutub untuk berburu anjing laut dan walrus.
Beruang mungkin terpaksa melakukan perjalanan ke pedalaman dan mencari sumber makanan lain dari kota dan tempat pembuangan sampah. Sebab, suhu yang lebih hangat mengurangi jumlah es laut yang dapat diakses setiap tahun.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengganti tempat pembuangan sampah terbuka dengan komposter atau insinerator untuk membuang sampah organik. Hal ini mengurangi kemungkinan beruang kutub bersentuhan dengan manusia.
Beruang kutub mungkin masih akan mengunjungi pemukiman Arktik untuk mencari makanan, bahkan setelah tempat pembuangan sampah ditutup. Hal ini kemungkinan akan terjadi selama es laut terus surut. Kesulitan ini adalah akibat lain dari perubahan iklim yang tidak terduga, yang menggarisbawahi perlunya mengambil tindakan global yang signifikan.