REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) melaporkan kasus demam lebih dari 18 orang dalam catatan harian negara, Rabu (27/7/2022). Kasus demam yang diduga Covid-19 mengalami tren penurunan setelah memuncak hampir 400 ribu kasus pada Mei.
Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan kasus demam harian mengutip data dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara. Pemerintah Kim Jong-un tidak menyebut Covid-19 pada kasus demamnya sebab mereka kekurangan pasokan alat tes.
Para ahli menilai angka yang dipublikasikan pemerintah bisa saja tidak dilaporkan dan hal ini menyulitkan untuk menilai skala situasi yang sebenarnya. Meski demikian, pada laporan hari ini, KCNA tidak memberikan informasi kematian tambahan terkait dengan demam yang diduga Covid-19 itu. Hingga 5 Juli, jumlah korban meninggal akibat demam mencapai 74 dengan tingkat kematian 0,002 persen.
"Jumlah total kasus demam sejak akhir April telah mencapai lebih dari 4,77 juta pada pukul 18.00, Selasa, 99,99 persen di antaranya telah pulih dan setidaknya 230 lainnya sedang dirawat," lapor KCNA dikutip laman Yonhap News Agency, Rabu (27/7/2022).
Penghitungan demam harian Korut telah mengalami tren penurunan setelah memuncak pada lebih dari 392.920 pada 15 Mei, tiga hari setelah mengumumkan wabah virus corona. Meskipun demikian, otoritas kesehatan Korut terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghalau penyebaran varian virus corona melalui laut, udara, dan daerah perbatasan.
"Pelabuhan perdagangan utama membangun proses desinfeksi tingkat lanjut dan mengoperasikan sistem pengujian untuk memperluas kapasitas mereka dalam menangani ekspor dan impor," kata KCNA dalam artikel terpisah berbahasa Inggris.
KCNA menambahkan sistem baru telah diperkenalkan bahwa jika semua pejabat dan pekerja menemukan gejala abnormal, maka harus memberi tahu unit terkait tentang gejala guna segera melakukan pemeriksaan dan tes medis yang diperlukan. Pyongyang mengungkapkan kasus Covid-19 pertamanya pada 12 Mei setelah mengeklaim bebas virus corona selama lebih dari dua tahun. Sejak itu, negara terisolasi tersebut menerapkan lockdown nasional.