Rabu 27 Jul 2022 16:48 WIB

Kumpulan Fatwa MUI Bisa Diresmikan Melalui Dua Cara

Harus ada mekanisme rutin oleh MUI sehingga yang terpilih bukan fatwa sembarangan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam (tengah)  bersama Bendahara Umum MUI Misbahul Ulum (kanan) dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda (kiri) saat menyampaikan keterangan pers terkait Fatwa MUI terhadap wabah PMK di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa hewan yang terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dengan gejala klinis berat tidak sah untuk dijadikan hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha. Sementara untuk hewan yang terjangkit PMK dengan gejala klinis ringan sah untuk dijadikan hewan kurban. Gejala klinis ringan diantaranya lepuh ringan pada bagian celah kuku, tidak nafsu makan, kondisi lesu dan mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Fatwa MUI Bisa Diresmikan Melalui Dua Cara
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Niam (tengah) bersama Bendahara Umum MUI Misbahul Ulum (kanan) dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda (kiri) saat menyampaikan keterangan pers terkait Fatwa MUI terhadap wabah PMK di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa hewan yang terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dengan gejala klinis berat tidak sah untuk dijadikan hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha. Sementara untuk hewan yang terjangkit PMK dengan gejala klinis ringan sah untuk dijadikan hewan kurban. Gejala klinis ringan diantaranya lepuh ringan pada bagian celah kuku, tidak nafsu makan, kondisi lesu dan mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Fatwa MUI Bisa Diresmikan Melalui Dua Cara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara yang pernah menjadi ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengatakan ke depan kumpulan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat diresmikan dalam dua cara.

Pertama, lewat Pemerintah Eksekutif. Kedua, melalui peradilan. Hal ini dia sampaikan dalam acara 6th Annual Conference on Fatwa MUI Studies, Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial, melalui siaran Youtube Official TVMUI pada Rabu (27/7/2022).

Baca Juga

"Ke depan bayangan saya ada kumpulan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang diresmikan melalui dua cara. Pertama pemerintahan eksekutif, kedua melalui peradilan untuk memandu hakim dalam menjalankan tugas," kata Jimly. 

Jimly melanjutkan, dalam keputusan presiden (Kepres), sebut saja lima atau dua tahun sekali tergantung kebutuhan. Menurut dia, harus ada mekanisme rutin oleh MUI sehingga yang terpilih bukan sembarangan. Bisa saja semakin populer semua orang meminta, fatwa menjadi turun kualitasnya.

"Yang pertama ini harus ada kekuasaan umum yang mengabsahkan dalam bentuk keputusan presiden," kata Jimly.

Kedua, fatwa Majelis Ulama Indonesia dikukuhkan oleh Mahkamah Agung. Kamar peradilan agama menetapkan menjadi administratif yang diberlakukan sebagai petunjuk untuk semua hakim dalam menjalankan tugas, memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara yang berhubungan dengan kewenangan dalam peradilan agama.

"Kita harus mengantisipasi perkembangan kompleksitas tugas fatwa di masyarakat yang akan datang. Untuk itu saya anjurkan supaya ada kajian ulang tentang apa saja yang harus difatwakan, dan bagaimana prosedurnya, jangan ujug-ujug ke MUI Pusat nanti kewalahan. Maka mulai dari daerah, supaya memberdayakan komisi fatwa di tingkat provinsi sehingga ini menjadi agenda ilmiah di kalangan para ulama seluruh tanah air," kata Jimly.

Jimly mengungkapkan, dia memimpikan seperti yang ada di Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Di sana ada Bahtsul Masail, dengan masing-masing kiai membawa kitab yang mencerahkan umat.

"Hasilnya nanti dibawa, tingkat nasional dilihat, sehingga ada agenda forum komisi fatwa bersifat tahunan, melalui Menteri Agama diterbitkan Keputusan Presiden, setidaknya kalau bukan Kepres, Keputusan Menteri atas persetujuan presiden, atau dengan Keputusan Menteri dengan sepengetahuan presiden sehingga jadi resmi ini saran saya," kata Jimly.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement