REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Perjalanan dari Makkah menuju Madinah (sebelumnya bernama Yatsrib) diwarnai lika-liku perjuangan. Baik perjuangan fisik, siasat, maupun ideologi-spiritual.
Muhammad Husain Haikal dalam buku Sejarah Hidup Muhammad mengatakan, setibanya Rasulullah SAW pertama kali di Yastrib pada hari Jumat dan langsung sholat Jumat di sana. Di tempat itulah, ke dalam masjid yang terletak di perut Wadi Ranuna, kaum Muslimin datang yang masing-masing berusaha untuk melihat Nabi secara langsung.
Kemudian, orang-orang di Yatsrib menawarkan diri agar Nabi tinggal pada mereka dengan segala persediaan dan persiapan yang ada. Tetapi Rasulullah memohon maaf kepada mereka untuk tidak mengiyakan tawaran tersebut dan kembali ke atas untanya untuk menelusuri jalan-jalan yang ada di Yatsrib.
Seluruh penduduk Yatsrib, baik kaum Muslim, Yahudi, dan kaum lainnya menyaksikan adanya aura bersemarak di kota mereka atas kehadiran Nabi Muhammad SAW. Unta Nabi terus dibiarkan berjalan hingga sesampainya di tempat penjemuran kurma kepunyaan dua orang anak yatim dari Bani Najjar, unta itu berlutut dan berhenti.
Ketika itulah Rasulullah turun dari untanya dan bertanya kepada penduduk sekitar siapa yang memiliki tempat ini. Kemudian Ma’adh bin Afra yang menjadi wali dua anak yatim tersebut menjawab, “Kepunyaan Sahal dan Suhail bin Amr,”.
Kemudian Ma’adh bin Afra memberikan saran kepada Rasulullah SAW untuk membeli tanah tersebut dan dimintanya agar mendirikan masjid di lokasi itu. Nabi Muhammad SAW pun mengabulkan permintaan saran Ma’adh dan dimintanya pula agar di tempat itu kelak didirikan masjid dan tempat tinggal Nabi.