REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Kerja Penyakit Paru Kronis dan Gangguan Imunologi Kementerian Kesehatan dr Benget Saragih Turnip mengatakan peringatan kesehatan di bungkus rokok masih tidak efektif memberikan edukasi bahwa merokok adalah berbahaya. Itu tetap tidak banyak pengaruhnya walaupun peringatan tersebut menempati 40 persen dari tampilan kemasan rokok.
"Peringatan kesehatan bergambar di rokok kita, yang 40 persen, itu tidak efektif memberikan edukasi kepada masyarakat yang merokok bahwa merokok itu berbahaya," kata Benget dalam webinar Hari Anak Nasional 2022 bertajuk "Masihkah Pemerintah Berkomitmen Menurunkan Prevalensi Perokok Anak untuk Mencapai Target RPJMN 2020-2024?", yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Benget mengatakan meskipun 40 persen dari bungkus rokok berisi peringatan kesehatan, namun sebagian gambarnya tertutup oleh pita cukai rokok dan tidak ada edukasi tambahan bagi masyarakat agar berhenti merokok. Terlebih, menurutnya, rokok masih dengan mudah dibeli di warung-warung dengan cara eceran.
"Anak-anak kecil, mereka bisa beli rokok ketengan, nah ini juga sangat meningkatkan prevalensi perokok," katanya.