Fitohormon Berperan dalam Retensi Tanaman terhadap Perubahan Iklim
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Fitohormon Berperan dalam Retensi Tanaman terhadap Perubahan Iklim (ilustrasi). | Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Guru Besar Fisiologi Tumbuhan Universitas Gadjah Mada, Prof Kumala Dewi mengatakan, setiap tahapan dalam siklus hidup tanaman diatur hormon. Tiap proses pertumbuhan dan perkembangan merefleksikan adanya interaksi beberapa hormon.
Tanaman yang bersifat sessile membuatnya akan bertahan melalui penyesuaian aktivitas biologi ketika terpapar cekaman biotik dan abiotik. Ia menerangkan, dalam kondisi itu hormon tumbuhan turut berperan memodifikasi respon biologi.
"Untuk membentuk dan mempertahankan toleransi tanaman terhadap cekaman," kata Kumala, Kamis (27/8/2022).
Fitohormon, kata Kumala, memampukan tanaman untuk memiliki fleksibilitas dan tetap tumbuh dengan baik pada berbagai faktor lingkungan tumbuh yang berbeda. Seperti cahaya, temperatur, kelembaban, keberadaan patogen dan sebagainya.
Maka itu, ia menekankan, pemahaman tentang metabolisme hormon dalam tanaman penting untuk pengembangan pendekatan fisiologis, biokimia dan bioteknologi dalam rangka penanggulangan cekaman. Terlebih, dengan perubahan iklim global.
Yang mana, lanjut Kumala, diprediksi akan menurunkan produktivitas tanaman. Aplikasi hormon atau modifikasi kandungan hormon melalui teknologi mutasi atau transgenik dapat diterapkan untuk memperoleh tanaman yang mampu bertahan.
"Terhadap berbagai kondisi lingkungan dengan hasil serta kualitas nutrisi yang baik," ujar Kumala.
Hal ini akan mendukung ketersediaan pangan bagi umat manusia. Pemahaman lebih lanjut tentang informasi yang dibawa oleh hormon dapat diintegrasikan selama siklus hidup tanaman serta mekanisme molekuler yang mengatur sintesis hormon.
Kemudian, pensinyalan serta aksi hormon masih perlu diteliti, terutama terkait peran fitohormon dalam tanggapan tanaman yang mengalami perubahan iklim. Kumala menyebut, engineering fitohormon sangat menjanjikan bagi ahli biologi tumbuhan.
Meski begitu, masih diperlukan jalan yang panjang untuk mendapat phytohormone-engineered crops. Terutama, bagi padi, gandum dan jagung yang stabil dan memberikan hasil panen yang baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan dunia.
"Guna mencapai tujuan tersebut perlu banyak dilakukan penelitian, terutama terkait tanggapan tanaman terhadap kombinasi cekaman di kondisi lapangan," kata Kumala.