Kamis 28 Jul 2022 20:04 WIB

Hasto Kristiyanto Jelaskan Alasan PDIP Belum Bicara Capres

'Pencalonan capres masih tahun depan jadi mengapa buang energi dengan wacana itu?'

Red: Ratna Puspita
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Foto: istimewa
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjelaskan alasan partainya belum berbicara soal calon presiden (capres) yang akan diusung untuk Pilpres 2024. Hasto mengatakan, konsentrasi utama PDIP saat ini bukanlah membahas soal capres, melainkan bagaimana mengerahkan energi membantu rakyat.

"Bagi PDI Perjuangan, yang penting sekarang membantu rakyat. Kalau kita berbicara calon presiden sekarang, mencalonkannya kan bulan Agustus tahun depan. Masih satu tahun lagi. Jadi mengapa kita buang energi dengan wacana tersebut. Bagi kami segala sesuatu ada waktunya, ada momentumnya, sesuai tahapan Pemilu," kata dia usai memberikan kuliah umum tentang Geopolitik Soekarno di Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (28/7/2022).

Baca Juga

Di satu sisi, sikap PDIP itu dinilai sebagai sikap belum ingin menjalin kerja sama atau koalisi. Di sisi lain, ada juga pihak yang menyalahartikan makna koalisi tunggal.

"Sekali lagi, kita jangan buang energi. Bagi PDI Perjuangan, skala prioritas memperbaiki ekonomi rakyat. Apalagi, kita baru menghadapi pandemi Covid-19 yang membutuhkan perhatian besar agar kita bisa segera bangkit," kata Hasto.

Pada waktunya, katanya, PDIP akan membahas soal capres dan koalisi. Dia mencontohkan dukungan PDIP tidak pernah kendor dalam mendorong keberhasilan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

"Karena keberlangsungan pemerintahan itu kan sangat penting," tambahnya.

Dia menjelaskan pembicaraan soal capres terkait dengan pentingnya menangkap harapan masyarakat. Sehingga, sebelum capres ditetapkan, diperlukan pemikiran serta perenungan mendalam soal sosok seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia dan rakyatnya.

"Harus diingat, presiden dan wakil presiden itu harus didukung oleh satu konsepsi tentang pembangunan masa depan seperti apa, jadi tidak sekadar bicara capresnya. Bagaimana pemimpin yang bekerja dengan ideologi, yang memberikan direction atau arah, yang bekerja dengan platform, dan keberpihakan kepada kepada kepentingan masyarakat luas," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement