REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Mulai dari viralnya sejumlah remaja seperti Bonge dan Jeje hingga pasangan selebritas Baim Wong dan Paula Verhoeven yang mendaftarkan CFW sebagai Hak Kekayaan Atas Intelektual (HAKI). Belakangan, Baim Wong menyatakan membatalkan pendaftaran HAKI tersebut
Hingga saat ini, area Dukuh Atas, tempat CFW berada masih ramai dikunjungi masyarakat. Tapi, kenapa ya, kok fenomena CFW terjadi di Dukuh Atas?
Untuk menjawabnya, perlu menelisik dulu dari Citayam. Sosiolog perkotaan Universitas Negeri Jakarta Yuanita Aprilandini mengatakan Citayam merupakan sub urban fringe atau daerah pinggiran kota. Karakteristik yang dominan dari daerah ini adalah berciri desa-kota, di mana separuh konturnya mempunyai ciri khas agraris dan separuhnya lagi mempunyai ciri khas kota baru.
Sementara itu, DKI Jakarta yang merupakan pusat ibu kota juga dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menempatkannya menjadi primary city. “Dalam konteks ini, Jakarta menjadi magnet bagi jutaan orang untuk datang dari berbagai daerah,” kata Yuanita dalam diskusi publik Menilik Bingkai Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dalam Fenomena CFW yang diadakan oleh Megawati Institute, Rabu (27/7/2022).
Seiring berjalannya waktu, juga terjadi pertambahan pusat bisnis dan perdagangan (Central Board District_CBD). Multi-CBD Jakarta mencakup kawasan segitiga emas Kuningan, Sudirman, Thamrin, Godok-mangga Dua, TB Simatupang, Pondok Indah, dan Pantai Indah Kapuk (PIK) serta sekitarnya.
“Salah satu kritik terhadap pembangunan kota adalah pembangunan yang terlalu dipusatkan pada kota utama. Ini membuat penduduk di pinggiran berkiblat ke kota utama, baik untuk pendidikan, gaya hidup, orientasi pekerjaan, dan lain-lain,” ujarnya.
Yuanita menilai remaja Citayam juga membutuhkan ruang aktualisasi yang tidak bisa disediakan di daerahnya. Akses yang mudah ke kota utama (Jakarta) dapat mempermudah aktualisasi diri mereka dan mencari perhatian publik sekaligus menghasilkan keuntungan ekonomi untuk menjadi viral di media sosial.
“CFW yang dilakukan di area Dukuh Atas sebenarnya masuk dalam kategori CBD Jakarta. Jika CFW diadakan di Citayam, maka gaungnya belum tentu bisa menjadi viral, karena Citayam bukan Jakarta. Pemilihan lokasi ini kata dia semakin memperlihatkan Citayam tetap berkiblat ke Jakarta,” tambahnya.