REPUBLIKA.CO.ID, Ruang Terbuka di DKI Belum Mengakomodasi Kegiatan Unjuk Diri, Pemprov Diminta Koordinasi dengan Menteri Erick
JAKARTA -- Pengamat Tata Kota Universitas Diponegoro (UNDIP), Dr. Fadjar Hari Mardiansyah, MT, MDP menilai fenomena Citayam Fashion Week merupakan gagasan generasi milenial yang ingin menunjukan eksistensinya. Fenomena anak muda yang unjuk diri ini dinilai Fadjar bukanlah hal yang baru di Indonesia. Generasi muda era tahun 80 hingga 90 juga melakukan unjuk diri dengan Lintas Melawai.
Namun ada perbedaan yang sangat mencolok antara fenomena Citayam Fashion Week dan Lintas Melawai. Citayam Fashion Week lebih egaliter atau merakyat dibandingkan Lintas Melawai. Peserta Lintas Melawai menggunakan kendaraan pribadi. Sedangkan Citayam Fashion Week pesertanya banyak menggunakan KRL dan moda transportasi umum yang sangat murah.
Adanya Citayam Fashion Week yang diselenggarakan di jalan yang mambuat persoalan tersendiri, dinilai Fadjar sebagai salah satu wujud pemimpin daerah yang tidak memikirkan untuk memanfaatkan ruang publik sebagai wadah kreativitas generasi muda. Diakui Fadjar memang saat ini Pemprov DKI banyak membangun ruang publik, tetapi disayangkan tempatnya belum mengakomodasi segmen kegiatan unjuk diri. Tempat publik yang dibangun Pemprov DKI saat ini hanya untuk tempat bersantai atau beraktivitas masyarakat pada umumnya.
"Konsep segment yang dibuat Pemprov DKI saat ini berbeda. Bukan untuk penggembangan kreativitas generasi milenial," kata dia.
Baca juga : Alasan Fenomena Citayam Fashion Week Ada di Dukuh Atas
Fadjar berkata, segment Citayam Fashion Week, flash mob dance atau Lintas Melawai belum diperhatikan Pemrov DKI. Adanya ekses SCBD Citayam Fashion Week harusnya menjadi tanggung jawab Pemprov untuk menyediakan tempat penggembangan kreativitas generasi milenial.
"Saya berharap fenomena ini dapat mendorong pemimpin daerah lainnya untuk melirik dan membuatkan tempat kreativitas unjuk diri anak muda," kata Fadjar.
Memindahkan Citayam Fashion Week ke Sarinah dinilai Fadjar sebagai suatu respon positif untuk mengakomodasi kreativitas generasi muda. Namun jika Citayam Fashion Week dipaksakan pindah ke Sarinah Fadjar tak yakin segment akan pas dengan generasi muda yang selama ini telah meramaikan event tersebut. Sebab anak muda yang ada di Citayam Fashion Week merupakan segment egaliter dengan sosial ekonomi background yang seperti itu.
Permasalahan lain yang mungkin terjadi jika Citayam Fashion Week pindah ke Sarinah menurut Fadjar adalah kesulitannya generasi muda yang egaliter tersebut untuk mengaksesnya. Untuk menuju Sarinah dari Stasiun Dukuh Atas, mereka harus mengeluarkan dana tambahan untuk transportasi. "Sehingga memindahkan Citayam Fashion Week ke Sarinah menjadi pertanyaan kita," ucap dia.
Mayoritas komunitas anak muda di Citayam Fashion Week menggunakan KRL yang relatif murah dan terjangkau. Kesesuaian tempat juga harus disesuai dengan karakter generasi millennial yang egaliter. Sehingga memindahkan ke Sarinah tak akan sesuai karakteristik mereka. "Untuk masuk ke Gedung Sarinah harus banyak tata aturan yang harus dipenuhi. Seperti tak boleh duduk di lantai," kata Fadjar.
Baca juga : Gudang Penyimpanan Bangkai Pesawat di Kemang Disegel
Memang Sarinah saat ini telah disiapkan oleh Menteri Erick Thohir sebagai creative public space dimana para pelaku UMKM dan industri kreatif diberikan tempat yang luas untuk memamerkan barang-barang produksinya. Sebelumnya Menteri Erick juga menyiapkan Pos Bloc Jakarta sebagai ruang kreatif publik anak muda.
Agar kreativitas generasi muda di Citayam Fashion Week dapat terus dipertahankan, Fadjar meminta Pemprov DKI dapat segera menatanya dan bisa berkoordinasi dengan Menteri Erick Thohir yang tengah melakukan revitalisasi dan penataan Kota Tua. Apa lagi kota tua dekat dengan Stasiun Jakarta Kota. Pagelaran Citayam Fashion Week bisa dilakukan komunitas SCBD dekat pelataran Bank Mandiri Kota Tua. Tinggal memperbaiki tempat pejalan kaki dari Stasiun Kota ke Kota Tua.