Jumat 29 Jul 2022 08:20 WIB

Kementan Ajak Camat Seluruh Indonesia Ikut Menanggulangi Wabah PMK

Camat paling mengetahui kebutuhan dan harapan rakyat di wilayahnya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ilham Tirta
 Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL).
Foto: Kementan
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mengantisipasi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang saat ini sedang mewabah, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak camat seluruh Indonesia berpartisipasi dalam penanggulangan penyebaran wabah PMK.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Indonesia terbebas dari wabah PMK selama 32 tahun, sebelum PMK kembali mewabah tahun ini.

Baca Juga

Untuk itu, Syahrul mengajak semua pihak turun langsung dan terlibat aktif menekan jumlah penularan kasus. “Kita semua harus hadir di tengah tantangan ini. Dalam menghadapi wabah PMK tidak bisa satu sektor atau Kementerian saja yang bergerak. Kita harus bersama-sama dan terintegrasi satu dengan lainnya," kata Syahrul dalam keterangan resminya, Jumat (29/7/2022).

Syahrul mengatakan, dalam menangani wabah PMK, peranan camat sebagai garda terdepan sangat penting. Camat paling mengetahui wilayah, kebutuhan, dan harapan rakyat di wilayahnya. Untuk itu, Mentan berharap camat dapat memahami dengan baik bagaimana cara menanggulangi PMK sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

“Dalam setiap tindakan saya terus menghadirkan camat, jika camat sudah bergerak, maka akan berjalan lebih baik. Saya meminta tolong camat dapat menggerakan kepala desa dan aparat di wilayahnya masing-masing melakukan pengecekan hewan ternak," ungkapnya.

Syahrul pun kembali menyebutkan jika PMK bukan kasus yang ringan, tapi juga tidak boleh panik. Kita sudah memiliki pengalaman mengendalikan Covid-19 tentu akan semakin tajam dalam mengendalikan wabah PMK.

“Wabah PMK tidak berbahaya untuk manusia. Selain tidak bisa menular ke manusia, dagingnya juga masih aman untuk dikonsumsi, “ katanya Mentan.

Syahrul menambahkan, Kementerian Pertanian memastikan penanganan PMK terus dilakukan secara maksimal. "Di antaranya dengan mendistribusikan obat, penyuntikan vitamin, pemberian antibiotik, dan penguatan imun. Di sisi lain, kita juga terus bekerja melakukan riset dan uji laboratorium untuk menemukan vaksin dalam negeri," kata dia.  

Ia juga mengatakan, upaya keras dalam penanganan PMK melalui pemberian obat dan vitamin kepada hewan yang terpapar PMK menunjukkan hasil yang positif, dengan banyaknya hewan yang terpapar PMK sudah mulai membaik. Upaya lainnya adalah dengan melakukan desinfektan sudah di kandang dan area pemeliharaan.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan di bawah komando Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerja sama dengan BNPB, Kementerian Dalam Negeri dan lainya saat ini sedang bahu membahu dan bersinergi menangani PMK, terutama di 21 provinsi yang sudah terpapar.

Kementan bersama gugus tugas PMK, baik pusat maupun daerah sudah memetakan daerah yang terpapar atau daerah merah dan daerah yang belum terpapar atau daerah hijau. Peta tersebut harus menjadi acuan dan referensi, terutama dalam hal lalu lintas lintas ternak, terutama hewan ternak berkuku belah yang sangat sensitif terhadap PMK.

“Pak camat di manapun bapak-bapak berada tolong perhatikan hewan ternak seperti sapi kerbau, domba, kambing, babi dan lain sebagainya yang berada di daerah merah harus stay at kandang atau tidak boleh bergerak kemana-mana. Hanya hewan ternak yang berasal dari daerah hijau saja yang boleh bergerak," ujar Dedi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement