REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemimpin China Xi Jinping memberikan peringatan dalam panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis (28/7/2022). Pemimpin Beijing meminta Washington agar tidak bermain api atas masalah Taiwan.
"Mereka yang bermain api akan binasa karenanya. Berharap AS jernih melihat masalah ini," kata Kementerian Luar Negeri China mengutip Xi yang menyampaikan peringatan itu kepada Biden dalam panggilan kelima mereka sebagai pemimpin negara.
Xi mengatakan, AS harus mematuhi prinsip satu-China dan menekankan dengan tegas menentang kemerdekaan Taiwan serta campur tangan kekuatan eksternal. Namun, Biden membalas bahwa kebijakan AS tentang Taiwan tidak berubah.
Panggilan presiden berlangsung lebih dari dua jam. Pembicaraan ini, menurut Gedung Putih, adalah bagian dari upaya pemerintah untuk memperdalam jalur komunikasi dan mengelola perbedaan secara bertanggung jawab.
Pemerintahan Biden percaya keterlibatan antarpemimpin adalah cara terbaik untuk menurunkan ketegangan atas Taiwan. Ketika Biden terakhir berbicara dengan Xi pada Maret, dia memperingatkan konsekuensi jika China memberikan dukungan material untuk perang Rusia. Pemerintah AS percaya bahwa garis merah belum dilanggar dalam beberapa bulan sejak itu.
Menurut Gedung Putih, Biden juga menegaskan Washington sangat menentang upaya sepihak untuk mengubah status quo atau merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Dia telah menekankan pentingnya menjaga jalur komunikasi terbuka di Taiwan dan keduanya juga membahas bidang kerja sama, termasuk perubahan iklim, keamanan kesehatan, dan kontra-narkotika.
Sambil menyoroti Taiwan, Xi juga menekankan bahwa kedua negara dua ekonomi terbesar di dunia itu perlu menjaga komunikasi tentang kebijakan makroekonomi, rantai pasokan global, serta menjaga keamanan pangan dan energi global. Pejabat senior AS juga menekankan pentingnya koordinasi makroekonomi antar negara.
Beijing telah mengeluarkan peringatan yang meningkat tentang dampak jika Ketua House of Representatives Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan. Kunjungan itu akan menjadi pertunjukan dukungan AS yang dramatis dan beberapa analis khawatir langkah seperti itu pada saat hubungan yang tidak stabil dapat memicu krisis besar dan bahkan bentrokan yang tidak diinginkan.
Pengarahan resmi AS tentang pembicaraan telepon kedua kepala negara itu mengatakan, Xi telah menggunakan bahasa yang sama tentang Taiwan sebelumnya. Dia mengatakan, kedua belah pihak mengakui perbedaan pandangan yang telah ada selama 40 tahun.
"Pembicaraan antara keduanya tentang Taiwan, itu langsung dan jujur," kata pejabat itu menolak untuk memberikan rincian yang lebih spesifik tentang pesan Biden kepada Xi.
Terakhir kali seorang pemimpin House mengunjungi Taiwan pada 1997. Sebagai cabang pemerintahan yang setara, eksekutif AS memiliki sedikit kendali atas perjalanan kongres.