Jumat 29 Jul 2022 20:15 WIB

Menteri KKP Optimistis Program Ekonomi Biru Hadirkan Peluang Usaha

Program ekonomi biru yang dimaksud yakni kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja menyortir lobster sebelum dimasukkan ke dalam keramba apung di Desa Potongan, Simeulue Timur, Simeulue, Aceh, Senin (31/1/2022). Pelaku usaha mengaku, lobster hasil budidaya tersebut diekspor ke beberapa Negara ASEAN melalui agen penampung di Jakarta dengan harga jual berkisar antara Rp330 ribu sampai Rp1.250.000 per kilogram tergantung jenis dan ukuran.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja menyortir lobster sebelum dimasukkan ke dalam keramba apung di Desa Potongan, Simeulue Timur, Simeulue, Aceh, Senin (31/1/2022). Pelaku usaha mengaku, lobster hasil budidaya tersebut diekspor ke beberapa Negara ASEAN melalui agen penampung di Jakarta dengan harga jual berkisar antara Rp330 ribu sampai Rp1.250.000 per kilogram tergantung jenis dan ukuran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono optimistis penerapan program berbasis ekonomi biru yang digagas kementeriannya mampu menghadirkan peluang usaha dan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar kepada masyarakat.

Program ekonomi biru yang dimaksud yakni kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota serta pengembangan budidaya laut, pesisir, dan air tawar.

Baca Juga

"Kebijakan penangkapan ikan terukur akan memberikan multiplier effect ekonomi seperti kebutuhan tenaga kerja, industri perikanan, dan aktivitas perikanan lainnya. Perputaran uang yang diperoleh akan mencapai sekitar Rp 407 triliun per tahun. Seluruh aktivitas penangkapan ikan terukur akan dipantau melalui sistem pengawasan berbasis satelit," ujar Trenggono saat mengisi kuliah umum kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan 64 Lemhanas secara daring, Jumat (29/7/2022)

Sedangkan untuk kegiatan budidaya, pihaknya fokus pada pengembangan udang, kepiting, lobster, dan rumput laut. Keempatnya merupakan produk perikanan unggulan ekspor Indonesia dan potensi penyerapan komoditas tersebut di pasar global sangat besar.

Untuk udang misalnya, nilai ekspor udang nasional terus meningkat bahkan di masa pandemi Covid-19. Berdasarkan data, nilai ekspor udang nasional pada 2020 di angka 2,04 miliar dolar AS, dan meningkat menjadi 2,2 miliar dolar AS pada 2021. Begitu pula dengan rumput laut, permintaan cukup tinggi khususnya dari pasar Cina.

Dia meyakini langkah KKP menggenjot pengembangan budidaya empat komoditas tersebut akan membuka peluang usaha dari hulu sampai hilir kepada masyarakat pelaku usaha. Dari kegiatan ekonomi yang berlangsung juga akan menyerap banyak tenaga kerja.   "Kebijakan budidaya ini bertujuan untuk mengurangi jumlah tangkapan yang memiliki kontribusi signifikan di laut, sehingga populasi ikan tetap terjaga dan melindungi jenis ikan tertentu untuk ditangkap. Rumput laut memiliki nilai strategis untuk menyerap karbon dan menjadi bahan baku utama untuk industri-industri lain," kata Trenggono. 

Di samping dua program tersebut, strategi KKP lainnya dalam mengimplementasikan prinsip ekonomi biru pada tata kelola kelautan dan perikanan yaitu memperluas kawasan konservasi laut, pengelolaan sampah laut melalui program Bulan Cinta Laut, dan melakukan pengelolaan berkelanjutan pesisir dan pulau kecil.

"KKP memandang ekonomi biru sebagai salah satu acuan utama untuk membuat laut Indonesia berkelanjutan dan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Strategi untuk mewujudkan komitmen tersebut adalah dengan mengembangkan tiga pilar utama ekonomi biru, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial," kata Trenggono.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement