Ahad 31 Jul 2022 12:45 WIB

Suryanesia Tawarkan Rental Panel Surya

Rental PLTS terbuka untuk semua skala usaha.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja melakukan perawatan pada panel surya di atap sebuah toko kue dan roti (ilustrasi). Startup Suryanesia menawarkan solusi untuk mendukung transisi energi berupa layanan rental sistem panel surya yang kini sudah dimanfaatkan industri dan pusat perbelanjaan.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Pekerja melakukan perawatan pada panel surya di atap sebuah toko kue dan roti (ilustrasi). Startup Suryanesia menawarkan solusi untuk mendukung transisi energi berupa layanan rental sistem panel surya yang kini sudah dimanfaatkan industri dan pusat perbelanjaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Startup Suryanesia menawarkan solusi untuk mendukung transisi energi berupa layanan rental sistem panel surya yang kini sudah dimanfaatkan industri dan pusat perbelanjaan.

Founder dan CEO Suryanesia Rheza Adhihusada mengatakan, sejak tahun lalu pihaknya berkomitmen untuk membantu pencapaian strategis nasional dengan memberikan layanan transisi energi bersih melalui pemasangan panel surya. "Solusi kami bisa digunakan oleh perusahaan menengah sampai kecil, tergantung kebutuhan listriknya. Tapi sejauh ini mayoritas (klien) dari industri dan mal karena atapnya besar," kata Rheza.

Baca Juga

Ia menjelaskan meski solusi yang ditawarkannya terbuka untuk semua skala usaha. Layanan rental PLTS juga harus disesuaikan dengan sisi ekonomi konsumen. Ia mengakui mayoritas konsumennya merupakan konsumen menegah dan besar yang memang mengincar efisiensi biaya listrik.

Melalui Solar-as-a-Service, perusahaan rintisan itu akan berinvestasi, mendesain, menginstalasi, mengoperasikan dan memelihara PLTS dengan kontrak 25 tahun. Namun, itu pun bisa disesuaikan keinginan konsumen, ada yang mau 10 tahun, bahkan ada yang 35 tahun.

"Format kontraknya bisa kami sesuaikan. Kami juga membuat kontrak fleksibel, jika sudah ada breakthrough (terobosan) teknologi baru yang hasilkan penghematan yang lebih besar bagi perusahaan dan kami, tentu kita bisa lakukan amandemen biar bisa diganti dengan yang baru asalkan manajemennya win win bagi semua pihak," ungkapnya.

Rheza mengatakan selain mendukung transisi ke energi yang lebih bersih, pemasangan panel surya juga bisa menghemat biaya listrik bagi industri atau konsumen dengan pemakaian listrik tinggi. "Besarnya penghematan berbeda-beda tergantung teriknya matahari, besaran sistem hingga durasi penggunaan listrik di setiap industri. Misal pabrik yang beroperasi pagi-sore hari, bisa menghemat 20-40 persen," katanya.

PT PIM Pharmaceuticals dan PT Helmigs Prima Sejahtera, salah satu grup perusahaan farmasi terbesar dan tertua di Indonesia merupakan salah satu konsumen Suryanesia yang menandatangani kontrak sewa PLTS Atap. Direksi PT PIM Pharmaceuticals Tirta Kusuma mengatakan, keberlanjutan di bidang energi hijau merupakan warisan perusahaan, dimulai dari penggunaan listrik yang dihasilkan panel surya untuk kebutuhan kantor sejak 2018 lalu.

"Kerja sama dengan Suryanesia merupakan misi kami untuk menerapkan proses bisnis yang berkelanjutan dengan menggunakan green energy yang ramah lingkungan. Kami bisa menghemat 10-15 persen biaya listrik dari kegiatan operasional," kata Tirta.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement