REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Otoritas Israel mencabut izin enam sekolah di Yerusalem Timur yang diduduki karena ‘memuliakan’ perlawanan terhadap pendudukan ilegal Israel. Hasutan tersebut diduga ditemukan dibuku pelajaran.
Menteri Pendidikan Israel, Yifat Shasha Biton, pada Kamis (28/7/2022) memutuskan untuk membatalkan izin operasi permanen sekolah setelah menemukan dugaan "hasutan berbahaya" dalam buku pelajaran kurikulum Palestina, menurut surat kabar Israel Maariv.
Kementerian Luar Negeri Palestina dan Kementerian Pendidikan mengutuk keputusan Israel dan meminta masyarakat internasional untuk campur tangan untuk menghentikan pelaksanaannya.
Dilansir dari Alaraby, Ahad (31/7/2022), Kementerian luar negeri mengatakan penutupan itu dilakukan dengan alasan "tidak konsisten" dan menambahkan bahwa itu adalah bagian dari proyek untuk menghapus warisan Palestina dari Yerusalem.
Dia menuduh Israel berusaha untuk memaksakan "kurikulum Israel kolonial pada penduduk asli Yerusalem".
Kementerian meminta masyarakat internasional, pemerintah Amerika Serikat, dan UNESCO untuk meyakinkan Israel untuk segera menghentikan implementasi keputusan ini.
Tahun lalu, Kementerian Pendidikan Palestina memperingatkan sekolah-sekolah yang berada di bawah tekanan untuk menganut kurikulum Israel di Yerusalem Timur yang diduduki mengancam identitas nasional.
Kementerian Palestina merilis sebuah pernyataan yang mengatakan upaya sekolah-sekolah di Yerusalem Timur untuk mengadopsi kurikulum Israel, termasuk mata pelajaran seperti sejarah yang dipandang oleh orang Palestina sama dengan mengadopsi narasi sejarah musuh tidak akan ditoleransi.
Aktivis menuduh Israel mendorong kurikulum Israel di sekolah-sekolah Palestina di Yerusalem dengan imbalan dukungan keuangan.
Ini dilakukan Israel dengan dalih menutup kesenjangan dalam pendidikan, tetapi para kritikus mengatakan itu adalah cara untuk merusak pengetahuan tentang sejarah Palestina di kalangan pemuda Palestina.
Sumber: alaraby