REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Banjir bandang yang dipicu hujan lebat menewaskan tujuh turis Irak di timur laut Iran pada Sabtu (30/7/2022). Jumlah korban diperkirakan meningkat karena hujan terus melanda Iran.
Kantor berita resmi IRNA mengatakan para turis itu adalah bagian dari 13 anggota kelompok warga Irak yang mengunjungi Iran.
Mereka bepergian dengan mobil jenis station wagon yang penuh sesak di jalan dekat kota Mashhad, atau sekitar 900 kilometer utara Ibu Kota Teheran. Banjir bandang kemudian menyapu mobil mereka.
Di antara korban tewas adalah lima wanita dan pengemudi yang berasal dari Iran. Tiga warga Irak hilang sementara penumpang lainnya berhasil menyelamatkan diri.
Pada Sabtu, pihak berwenang Iran mencatat jumlah korban tewas akibat tanah longsor dan banjir bandang yang melanda sejak Kamis (28/7/2022) menjadi 61 orang. Delapan jenazah lainnya berhasil dievakuasi dan setidaknya 32 orang masih dinyatakan hilang.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi pusat operasi penyelamatan di salah satu desa yang dilanda bencana di timur laut Teheran. Raisi menjanjikan lebih banyak bantuan untuk daerah tersebut.
Ada kekhawatiran jumlah korban tewas bisa meningkat lebih jauh, karena jumlah jenazah yang ditemukan meningkat saat hujan mereda. Ribuan orang telah dipindahkan dari daerah terpencil ke tempat yang lebih aman.
Sabtu lalu, banjir bandang di provinsi Fars selatan yang dilanda kekeringan di Iran menewaskan sedikitnya 22 orang dan mempengaruhi sekitar belasan desa di provinsi itu. Pihak berwenang telah memperingatkan tentang hujan lebat dan kemungkinan banjir.
Badai pekan ini adalah yang paling mematikan di antara insiden terkait hujan lebat di Iran dalam dekade terakhir.
Pada 2019, banjir bandang menewaskan sedikitnya 21 orang di kota selatan Shiraz, dan dua tahun sebelumnya, badai serupa merenggut 48 nyawa di barat laut Iran. Sementara tanah longsor di Iran utara pada 2001 dan di Teheran pada 1987 masing-masing menewaskan 500 dan 300 orang.
Pihak berwenang menyatakan, tingginya angka kematian akibat pengabaian luas terhadap langkah-langkah keselamatan. Sementara para kritikus menyebut, pemerintah telag salah urus dalam proyek konstruksi serta peringatan banjir yang terlambat. Diketahui sekitar dua juta warga Irak mengunjungi Iran setiap tahun.