Peternak Ayam Petelur, Usaha Menjanjikan di Tengah Pandemi
Rep: Safril Rahmat/ Red: Partner
. | Foto: network /Safril Rahmat
BOYOLALI -- Virus corona atau Covid-19 menjadikan pandemi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Adanya pandemi virus corona benar-benar mempengaruhi kehidupan banyak orang. Sektor industri, pariwisata, dan hingga perekonomian turut terimbas pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama kurang lebih dua tahun di Indonesia. Tidak hanya sektor ekonomi makro, sektor ekonomi mikro pun ikut terdampak.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang merasa resah karena pekerjaan mereka terhambat, dan akibatnya banyak yang mengalami penurunan penghasilan. Padahal kebutuhan semakin meningkat.
Banyak peternak dan petani mengalami kesulitan menjual produk mereka akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, agar tetap bertahan dan mendapat untung, tak sedikit dari mereka yang beralih ke cara berdagang baru.
Seorang peternak ayam petelur mampu membuktikan walau di masa pandemi Covid-19 ia bisa survive dari kesusahan tersebut. Salah satu di antaranya ialah seorang peternak ayam petelur bernama Hengky.
“Kok..ko..ko..kook..,” irama panggilan segerombolan ayam petelur kepada tuannya, irama itu tak lain adalah irama yang di dengar setiap hari oleh Hengky. Seperti biasa, pukul 08.00 WIB, Hengky bergegas turun ke tanah tepat di sudut kiri depan halaman rumahnya Desa Gentan, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Membawa segenggam makanan atau disebut pur khusus untuk ayam petelur. Ribut yang dihasilkan dari irama ayam petelur membuat Hengky begitu yakin bahwa ternak ayam petelur sebagai usaha yang menjanjikan dan menghasilkan pundi pundi rupiah.
Hengky (33) memelihara ayam dimulai pada tahun 2011, awalnya ayam yang dipelihara sebanyak seribu ekor, namun pada saat ini ayam yang dipelihara bertambah sekitar 4.000-an ekor ayam petelur. Ayam petelur ini dibagi menjadi empat baris kandang, masing-masing kandang di isi seribu ekor ayam petelur.
“Ayam petelur ini merupakan ayam yang semuanya bisa diambil, dari dagingnya, telurnya, hingga kotorannya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Ayam petelur ini adalah ayam yang mandiri berbeda dengan ayam boiler atau ayam pedaging susah di mitranya seperti di penjualan, kita harus bekerja sama perusahaan juga, sama PT juga. Kalau ayam petelur iini kita mandiri sendiri, modal sendiri, jualnya juga bisa sendiri, seperti bawa telur satu kilo ke warung sudah bisa jadi uang, kalo bawa ayam ke warung belum tentu jadi uang,” tuturnya sambil memberikan makanan ayam petelur.
“Selain senangnya dalam memelihara, suka duka pasti didapatkan dalam usaha yang kita lakukan. Seperti ayam petelur ini ketika produksi kita bagus tapi harga pakan lagi rendah dan harga jual telur ayamnya lagi tinggi itu pasti jadi dukanya, kalau susahnya ketika ayam petelur lagi tidak sehat sehingga produksi telur yang dihasilkan menurun otomatis jadi derita bagi kita yaa..”
Edi (30), karyawan peternak ayam petelur, menjelaskan tiap harinya telur diambil sebanyak dua sampai tiga kali pagi, siang, dan sore adalah sesi yang terakhir. Setelah pengambilan telur, dilanjutkan proses pengumpulan dan pembukuan.
Telur yang dihasilkan dari 4.000-an ekor ayam petelur ini bisa memproduksi telur seberat 150 ribu kilo lebih per harinya.
Walaupun pemasukannya banyak, perlu diwaspadai juga ternyata ayam petelur ini bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar ketika harga telur turun begitu jauh.
"Saya juga pernah rugi ketika saat itu telur harga jualnya turun drastis, kita kan berternak ayam petelur ini menggunakan modal sendiri dari semua asetnya, jadi ketika terkena hal seperti itu tentu akan membuat kita rugi dan kaget, seperti saya pernah rugi itu paling besar di angka satu koma dua miliar, ditambah saat itu saya belum terlalu fokus, jadi saya mengingatkan jika ingin berternak ayam petelur haruslah fokus atau kita tidak akan dapat apa-apa,” Kata Hengky.