REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 yang bergejala mencapai di atas angka 200 ribu di Inggris. Sebuah studi BMJ baru kali ini telah mengidentifikasi gejala yang berkaitan dengan faktor emosional seseorang.
Inggris mencatat 231.589 kasus gejala Covid-19 pada 25 Juli, di mana omicron BA.5 menjadi yang dominan dalam gelombang saat ini. Peningkatan transmisibilitas subvarian mengartikan banyak warga yang terinfeksi untuk pertama kalinya, di samping mereka yang kembali terinfeksi Covid-19.
Ketika virus menyebar melalui populasi, studi BMJ menyoroti prevalensi gejala klasik saat ini. Disfungsi penciuman atau rasa, menjadi lebih umum pada gelombang sebelumnya, meskipun laporan berkembang saat omicron menginfeksi lebih banyak orang.
Temuan ini melihat jutaan orang di seluruh dunia mungkin telah menderita gangguan penciuman dan pengecap selama setidaknya enam bulan setelah infeksi Covid-19. "Kehilangan atau perubahan indra penciuman dan perasa dapat menyebabkan "kesulitan yang parah"," kata para akademisi, seperti dikutip dari Express.co.uk, Senin (1/8/2022).
Mereka mendesak sistem kesehatan untuk bersiap mendukung orang-orang yang sering merasa "terisolasi" ketika gejalanya diabaikan oleh dokter. Mereka mengatakan aktivitas harian seperti mencium kopi dan mencicipi rasa makanan bisa menjadi terasa menjijikkan sekaligus menyedihkan secara emosional.
Penderita merasa tertekan dengan dua gejala yang berlangsung selama enam bulan tersebut. Studi ini muncul ketika NHS mengumumkan rencana untuk meningkatkan layanan bagi orang yang menderita penyakit berkelanjutan setelah infeksi Covid-19.
Berdasarkan pedoman baru, pasien dengan dugaan long Covid di Inggris akan menjalani penilaian awal dalam waktu enam pekan. Studi BMJ baru meninjau data dari 18 studi yang melibatkan 3.699 pasien.
Berdasarkan data, tim peneliti internasional, termasuk beberapa dari Inggris, menggunakan pemodelan untuk memperkirakan berapa banyak orang yang mengalami perubahan kemampuan indra pengecapan atau penciuman selama setidaknya enam bulan setelah infeksi Covid-19. Mereka menyimpulkan bahwa diperkirakan 5,6 persen pasien Covid-19 menderita disfungsi penciuman setidaknya selama enam bulan dan 4,4 persen juga mengalami gangguan dalam mencecap.
Pada bulan Juli, ada sekitar 550 juta infeksi di seluruh dunia. Itu berarti 15 juta di antaranya mungkin memiliki masalah penciuman yang bertahan lama dan 12 juta pasien memiliki masalah pengecapan setidaknya selama enam bulan, menurut perkiraan penulis.
Ditemukan pula bahwa perempuan lebih kecil kemungkinan untuk memulihkan indra penciuman dan pengecap. Dalam editorial terkait, tim akademisi Italia menulis bahwa sekitar lima persen orang melaporkan disfungsi penciuman dan pengecapan selama enam bulan setelah Covid-19.