Permintaan Alat Musik Bambu Purbalingga Naik Berkat Lapak Ganjar
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengrajin alat musik bambu Purbalingga. | Foto: Dok. Pemprov Jateng
REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA -– Kerajinan alat musik bambu produk Kabupaten Purbalingga semakin diburu pembeli berkat Lapak Ganjar, yakni promosi online melalui Instagram Story Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pengrajin alat musik bambu Tetra Febri Riyanto di Kelurahan Purbalingga Wetan, Kabupaten Purbalingga, menceritakan, usahanya mengalami penurunan permintaan saat pandemi Covid-19. Bahkan omzetnya nyaris nol karena pandemi membuat aktivitas sosial lumpuh, termasuk acara kesenian.
Tetra kemudian mendengar program Lapak Ganjar yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia pun iseng mengikutsertakan alat musik bambu karyanya itu di Lapak Ganjar menggunakan akun @tetra_wbs.
"Saya lihat ada Lapak Ganjar di Instagram. Awalnya hanya iseng untuk pemasaran, karena saat pandemi lumayan jatuh,” kata Tetra.
Hasilnya luar biasa, permintaan mulai datang. Kerajinannya pun perlahan mulai diburu pembeli kembali. Permintaan datang dari seluruh Indonesia, dan yang paling banyak dari Jateng dan Jatim.
Hal ini karena alat musik bambu umumnya digunakan untuk mengiringi kesenian tradisional, terutama di Karesidenan Banyumas seperti Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, dan Cilacap.
“Alat musik bambu utamanya kentongan, salah satu alat musik tradisional khas dari Banyumasan meliputi Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Cilacap. Di sini juga biasanya ada festival kentongan,” jelasnya.
Alat musik bambu yang diproduksi Tetra antara lain angklung, kentongan, gambang, bedug celo, bass pukul, dan lainnya. Satu set alat musik itu dibandrol rata-rata Rp 5 juta. Saat ini, banyak orang yang memesan produknya.
Banyaknya permintaan membuat produksi semakin kencang. Padahal, bahan baku bambu yang didapatnya di Purbalingga harus diproses selama satu hingga dua tahun agar kualitasnya bagus dan awet.
"Ambil bambunya harus tepat musimnya, dan diendapkan selama satu sampai dua tahun agar kualitasnya bagus dan awet,” tuturnya.
Menurut Tetra, dampak yang dirasakan bukan hanya bagi merek alat musik bambu miliknya. Ternyata Lapak Ganjar juga mengenalkan alat musik bambu brand lain yang ada di Purbalingga. Enam anggota keluarganya memiliki usaha produksi alat musik bambu dengan berbagai merek, dan semuanya ikut mendapat manfaat dari promosi Gubernur Jateng tersebut.
“Dengan adanya Lapak Ganjar, brand lainnya itu ikut dikenal. Usaha saudara juga merasakan impact-nya,” ujarnya.