REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada September tahun 622 masehi, Nabi Muhammad SAW mulai memasuki Kota Yatsrib atau Madinah. Dia disambut dengan sangat gembira oleh orang-orang yang telah menunggunya selama berhari-hari penantian.
Peristiwa ini kemudian dikenal dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW beserta para muhajirin dari Makkah. Peristiwa yang kemudian juga menjadi titik kebangkitan Islam.
Dilansir dari About Islam, Jumat (29/7/2022), dijelaskan ada tiga prioritas utama Rasulullah SAW setelah beliau sampai ke Madinah. Tiga prioritas tersebut adalah:
Membangun konsensus bersama
Sebelum segala rencana Nabi Muhammad SAW di Madinah dilakukan, Rasulullah membangun konsensus atau kesepakatan tentang hak dan tanggung jawab semua orang.
Dua suku utama Madinah memang telah memilihnya sebagai pemimpin mereka di baiat Aqabah dan menawarkan untuk melindunginya. Tapi mereka bukan satu-satunya penduduk Madinah. Selain Ansor, yang baru masuk Islam, dan Muhajirin, ada suku-suku Yahudi dan non-Muslim lainnya, terutama penyembah berhala, juga tinggal di kota.
Bahkan, sebelum kedatangan Nabi orang-orang Madinah berada di ambang memilih orang lain untuk memerintah mereka. Namanya Abdullah bin Ubay bin Saloul. Dikatakan bahwa mereka bahkan telah menyiapkan mahkota untuk dia pakai sebagai raja mereka. Jadi dengan keberagaman penduduk Madinah kala itu, Nabi menegaskan kesepakatan bersama berbagai pihak di Madinah.