REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan dunia sedang terancam dengan senjata nuklir. Hampir 13 ribu senjata nuklir ada di gudang senjata di seluruh dunia.
Guterres menyatakan kekhawatirannya kepada banyak menteri, pejabat, dan diplomat yang berkumpul di Aula Majelis Umum dalam konferensi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) pada Senin (1/8/2022). Dia mengatakan, negara-negara yang mencari keamanan palsu dengan menghabiskan ratusan miliar dolar untuk senjata pembawa kiamat.
“Semua ini pada saat risiko proliferasi tumbuh dan pagar pembatas untuk mencegah eskalasi melemah,” katanya.
“Dan ketika krisis dengan nada nuklir memburuk dari Timur Tengah dan Semenanjung Korea hingga invasi Ukraina oleh Rusia, dan banyak faktor lain di seluruh dunia," ujar Guterres.
Menurut Guterres, konferensi peninjauan selama sebulan berlangsung itu terjadi pada saat bahaya nuklir muncul sejak puncak Perang Dingin. "Kesempatan untuk menuntaskan langkah-langkah yang akan membantu menghindari bencana tertentu, dan untuk menempatkan umat manusia di jalur baru menuju dunia yang bebas dari senjata nuklir,” kata sekretaris jenderal PBB itu menekankan tujuan pertemuan.
Guterres meminta peserta konferensi untuk mengambil beberapa tindakan. Tindakan tersebut seperti segera memperkuat dan menegaskan kembali norma 77 tahun yang menentang penggunaan senjata nuklir. Kemudian dia memiliki para peserta bekerja tanpa henti untuk menghilangkan senjata nuklir dengan komitmen baru untuk mengurangi persenjataan.
Sekretaris jenderal ini memiliki para peserta mengatasi ketegangan yang membara di Timur Tengah dan Asia. Dia mendorong agar mempromosikan penggunaan teknologi nuklir secara damai. “Generasi masa depan mengandalkan komitmen Anda untuk mundur dari jurang maut,” ujarnya memohon para menteri dan diplomat.
“Ini adalah momen kami untuk memenuhi uji fundamental ini dan mengangkat awan pemusnahan nuklir sekali dan untuk selamanya," kata Guterres.
Bahaya meningkatnya ancaman nuklir dan bencana nuklir juga dikemukakan banyak pihak dalam pembukaan yang meninjau kemajuan dan menyetujui langkah-langkah masa depan untuk menerapkan NPT. Amerika Serikat, Jepang, Jerman, kepala nuklir PBB, dan banyak pembicara menyatakan kekhawatiran.