Cabai dan Bawang Merah Sumbang Inflasi Purwokerto dan Cilacap
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Pedagang cabai merah di pasar tradisional melayani pembeli. | Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO - Tingkat Inflasi Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah, pada Juli 2022 masing-masing tercatat 0,39 persen (mtm) dan 0,35 persen (mtm). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,59 persen (mtm) dan 0,71 persen (mtm).
Inflasi pada kedua daerah salah satunya didorong oleh kenaikan harga komoditas cabai, bawang merah, dan daging ayam ras. Kenaikan harga komoditas cabai dan bawang merah disebabkan oleh menurunnya pasokan akibat faktor cuaca serta yaitu curah hujan yang tinggi sehingga mendorong peningkatan hama dan penyakit tanaman.
Sementara kenaikan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis.
"Di antaranya melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID untuk memastikan ketersediaan pasokan, pelaksanaan operasi pasar cabai merah, identifikasi BUMD/BUMP yang potensial untuk dijadikan sebagai mitra Kerja Sama Antar Daerah (KAD) dalam rangka pengendalian inflasi dan pelaksanaan KAD komoditas sapi," ujar Rony Hartawan, Selasa (2/8/2022).
Tekanan inflasi di Purwokerto pada Juli 2022 (0,39 persen mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,59 persen mtm). Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 0,19 persen (mtm).
Dilihat dari komoditasnya, yang menjadi penyumbang inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas bawang merah, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, tarif sekolah dasar dan daging ayam ras. Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga, seperti minyak goreng, bawang putih, beras, emas perhiasan, dan gula pasir.
"Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender inflasi Purwokerto tercatat 4,87 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 6,43 persen (yoy). Capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Juli 2019 hingga 2021 yang 1,69 persen (yoy)," kata Rony.
Pada periode yang sama, Cilacap mencatatkan inflasi 0,35 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,71 persen mtm). Inflasi utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang memberikan andil sebesar 0,24 persen (mtm).
Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah cabai merah, rokok kretek filter, bawang merah, daging ayam ras, dan jeruk. Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga, utamanya minyak goreng, beras, bawang putih, gula pasir, dan kelapa.
Secara tahun kalender, inflasi Cilacap sebesar 5,37 persen (ytd). Adapun capaian inflasi secara tahunan dilaporkan 6,78 persen (yoy) pada posisi Juli 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi Juli 2019 sampai 2021 yang sebesar 1,40 persen (yoy).
Untuk keseluruhan 2022, inflasi IHK Purwokerto dan Cilacap diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran 3±1 persen (yoy) pada 2023. Adapun risiko yang dapat memengaruhi pencapaian inflasi ke depan, antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional, ketersediaan pasokan serta dampak inflasi dari kenaikan permintaan dan harga barang di luar negeri (imported inflation).
"Dalam hal ini koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," ujarnya.