REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indopol Survey dan Consulting, Ratno Sulistiyanto menilai bahwa partai politik baru memiliki sejumlah tantangan dalam menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Salah satunya adalah tingkat pengenalannya ke masyarakat yang masih rendah.
Dalam survei lembaganya pada Juni 2022, hanya dua partai politik baru yang memiliki tingkat pengenalan yang cukup tinggi di masyarakat. Keduanya adalah Partai Gelombang Rakyat (Gelora) sebesar 14,31 persen dan Partai Ummat (13,33 persen).
"Tingkat pengenalan terhadap partai baru masih sangat rendah, hanya Gelora dan Partai Ummat pada angka di atas 10 persen," ujar Ratno, Selasa (2/8).
Elektabilitas partai politik baru berdasarkan hasil lembaga surveinya juga masih berada di bawah 1 persen. Hanya Masyumi Reborn yang memiliki elektabilitas cukup tinggi, yang disebabkan oleh nostalgia masyarakat terhadap Partai Masyumi.
"Adapun partai politik baru yang berpotensi dipilih adalah Partai Gelora, kedua Partai Ummat, ketiga Partai Buruh, keempat PKN (Partai Kebangkitan Nusantara), dan kelima Masyumi Reborn," ujar Ratno.
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat masyarakat mau memilih partai politik baru. Pertama adalah apakah visi dan misinya yang sesuai dengan ideologi pemilih sebesar 14,72 persen.
Selanjutnya, partai tersebut bisa meyakinkan pemilih untuk melakukan perubahan (7,48 persen) dan partai tersebut diisi oleh orang muda, cerdas, dan dapat dipercaya (5,12 persen). Kemudian adalah faktor pendiri dan ketua umum partai politik baru (3,90 persen).
"Karena tingkat pengenalan terhadap partai baru masih rendah, mayoritas publik memilih untuk tidak menjawab alasan memilih partai politik baru 64,72 persen," ujar Ratno.