Selasa 02 Aug 2022 19:19 WIB

Wamenag: Indonesia Butuhkan Strategi Kebudayaan

Multaqa ini bisa merumuskan strategi kebudayaan yang baru.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar konferensi pers kegiatan Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia di Hotel Sari Pacific Jakarta, Selasa (2/8).
Foto: Republika/Muhyiddin
Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar konferensi pers kegiatan Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia di Hotel Sari Pacific Jakarta, Selasa (2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid mengatakan, Kementerian Agama menyambut baik kegiatan Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia dan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Multaqa ini mengusung tema "Meneguhkan Orientasi Seni dam Budaya Islam Dalam Membangun Peradaban Bangsa".

"Tema tersebut mengandung pesan dan makna yang relevan dalam upaya penguatan strategi kebudayaan dan kengarusutamaan modal kultural umat Islam dalam menghadapi tantangan kehidupan kebangsaan yang semakin mengglobal," ujar Zainut saat menghadiri Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim di Hotel Sari Pacific Jakarta, Selasa (2/8/2022). 

Baca Juga

Menurut dia, Indonesia tidak memerlukan revolusi kebudayaan, tapi sekarang membutuhkan stratregi kebudayaan untuk bisa bertahan di era globalisasi. Karena itu, dia berharap Multaqa ini bisa merumuskan strategi kebudayaan yang baru.

"Indonesia mungkin tidak memerlukan revolusi kebudayaan tapi membutuhkan strategi kebudayaan untuk bisa bertahan dengan identitas keagamaan dan keindonesiaan di tengah pusaran arus globalisasi yang sangat dinamis dan multidimensional," ucap Zainut. 

Dalam sejarah Indonesia sendiri, menurut dia, seni pernah menjadi alat propaganda. Namun, menurut dia, tantangan tersebut kemudian dijawab secara persuasif oleh para seniman dan budayawan Indonesia. Akhirnya, lahirlah Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) yang berafiliasi dengan Masyumi dan Muhammadiyah. 

Selain itu, menurut dia, muncul juga Lesbumi yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi para seniman dan budayawan muslim itu juga memiliki peran yang sangat penting di masa lalu, terutama dalam mengabdovokasi politik seni dan budaya yang berpijak pada nilai-nilai agama. 

Zainut menambahkan, seni dan budaya Islam sudah sejak lama mwmiliki ruang persentuhan dengan kesenian modern, seperti film dan teater. Namun, menurut dia, dalam konteks kekinian sarana seni dan budaya generasi milenial tidak boleh kehilangan orientasi keindonesiaan.

"Dalam konteks kekinian sarana media seni dan budaya generasi milenial tidak boleh kehilangan orientasi keindonesiaan sebagai bangsa yang beragama dan bebudaya ketimuran dengan tetap menjunjung tinggi norma-norma kesopanan," kata Zainut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement