REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Jagung Nasional menilai peluang ekspor jagung Indonesia semakin terbuka lebar. Apalagi, produksi jagung pada tahun ini diproyeksi mengalami kenaikan sekitar 1 juta ton. Hanya saja, kemampuan manajemen pasca panen masih menjadi kendala untuk melakukan ekspor.
Momentum upaya ekspor harus dikejar pasca instruksi Presiden Joko Widodo untuk dapat menggenjot produksi jagung demi menjaga keberlanjutan swasembada dan peluang ekspor.
Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony J Kristianto, mengatakan, upaya ekstensifikasi lahan masih dapat dilakukan di provinsi utama penghasil jagung. Peningkatan produksi mesti dilakukan agar biaya produksi dapat ditekan sehingga harga jagung Indonesia makin kompetitif di pasar ekspor.
"Kalau kita bisa meningkatkan produktivitas jagung, harga pokok produksi bisa lebih rendah dan kita punya peluang ekspor ke negeri tetangga," kata Tony kepada Republika.co.id, Selasa (2/8/2022).
Menurut Tony, harga jagung lokal saat ini cenderung sama dengan rata-rata harga dunia. Hingga Juni lalu, harga jagung dunia berada di kisaran 335 dolar AS per ton atau sekitar Rp 5.000 per kg. Jika harga jagung dapat diturunkan, peluang ekspo dapat ditangkap.
"Bagus kalau kita bisa ekspor karena (negara) yang dekat-dekat hampir semuanya importir jagung seperti Malaysia, Filipina, Jepang. Mereka tidak ada yang kembangkan jagung," katanya.
Hanya saja, upaya peningkatan produksi bukan tanpa rintangan. Tony mengingatkan, ketika upaya peningkatan produksi dilakukan, hasil panen harus dapat dikelola dengan baik.
Tanpa ada pengelolaan pasca panen, petani hanya akan menanggung kerugian karena berpotensi tak terserap pasar. Lebih jauh, kualitas jagung harus dapat ditingkatkan.
Ia mencatat, tingkat alfatoksing jagung Indonesia masih sekitar 50 per part bilion (ppb). Padahal, standar internasional alfatoksin jagung di bawah 20 ppb. Dibutuhkan infrastruktur pasca panen untuk bisa menurunkan kadar alfatoksin jagung secara nasional.
Di sisi lain, Dewan Jagung Nasional pun merekomendasikan pemerintah untuk menghentikan bantuan-bantuan benih gratis. Pasalnya, hal itu memberikan dampak negatif pada produktivitas. Petani semestinya terus didorong menggunakan benih premium agar hasil yang diperoleh lebih optimal.
Adapun tahun, ia memproyeksi total produksi jagung pipilan kering kadar air 15-17 persen sekitar 12 juta ton. Meningkat 1 juta ton dari tahun sebelumnya karena faktor cuaca kondusif dan turunnya konsumsi oleh industri perunggasan. Peningkatan produksi itu juga didorong oleh penggunaan benih premium yang makin digemari petani.
Pihaknya pun optimistis, tidak dibutuhkan waktu lama untuk bisa membenahi jagung untuk mencapai ekspor. Asalkan, pemerintah serius. "Ya paling tidak butuh 1 tahun agar pasar jagung Indonesia lebih stabil, tentu ada pengaruh dari kebijakan pemerintah," katanya.
Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Ismail Wahab, belum dapat menjelaskan lebih detail mengenai arah kebijakan peningkatan produksi jagung. Namun, sejauh ini produksi jagung nasional dipastikan aman hingga akhir 2022.
Kementan menargetkan, total produksi jagung tahun ini sebanyak 23 juta ton dengan luasan panen sekitar 4 juta hektare (ha). Ia optimistis, peluang peningkatan produksi jagung Indonesia masih terbuka lebar.