REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan pemerintah provinsi setempat melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), terus memperkuat sinergi dan aksi guna menjaga dan mengendalikan laju inflasi di daerah tersebut.
"Berbagai upaya telah dilakukan TPID Kaltim bersama TPID kabupaten/kota setiap bulan dan di momentum tertentu, termasuk menguatkan sinergi dengan berbagai pihak agar inflasi bisa dikendalikan," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Ricky Perdana Gojali di Samarinda, Selasa (2/8/2022).
Sedangkan pada Juli, lanjutnya, telah dilaksanakan Koordinasi TPID se-Kalimantan dalam rangka membahas perkembangan inflasi dan strategi pengendaliannya. Selain itu, telah dilaksanakan pula rapat koordinasi tingkat tinggi Kota Samarinda yang membahas berbagai strategi, kemudian inspeksi mendadak (sidak) pasar di Samarinda menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional Idul Adha 1443 H
Kemudian sidak pasar oleh Menteri Perdagangan dalam rangka memantau perkembangan Program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR), barang kebutuhan pokok lainnya di pasar tradisional, dan melakukan peninjauan proses produksi dan distribusi minyak goreng. Selanjutnya dilakukan berbagai upaya antara lain pemantauan harga secara harian, termasuk membangun kerja sama antardaerah sentra produksi bagi komoditas inflasi yang tersebar di Kaltim.
Di sisi lain, upaya pengendalian inflasi juga memerlukan dukungan masyarakat yang dapat diwujudkan melalui gerakan belanja bijak, optimalisasi lahan pekarangan sebagai penyedia bahan pangan rumah tangga seperti cabai, sayur, dan lainnya. "Dukungan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanam berbagai kebutuhan dapur sangat diperlukan, karena untuk menjaga stabilisasi harga pada komoditas yang kerap berinflasi, guna menuju Kaltim berdaulat dari sisi bahan pangan," katanya.
Ia mengutip dari rilis BPS Kaltim, yakni indeks harga konsumen (IHK) Kaltim pada Juli 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61 persen (mtm), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,47 persen (mtm). Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada periode yang sama tercatat sebesar 5,05 persen (yoy), lebih tinggi ketimbang capaian nasional yang tercatat 4,38 persen (yoy).
Penguatan inflasi periode Juli ini menunjukkan optimisme membaiknya roda perekonomian Kaltim, karena didukung oleh kasus Covid-19 yang terkendali di wilayah Kaltim, diikuti normalisasi permintaan masyarakat di tengah ketersediaan kebutuhan yang masih belum pulih seutuhnya. "Komoditas cabai rawit dan bawang merah merupakan bahan pangan utama penyumbang inflasi Kaltim pada Juli 2022. Kenaikan beberapa harga komoditas pangan karena adanya gangguan produksi di sentra luar Kaltim, akibat cuaca yang kurang kondusif dan faktor hama," katanya.