REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan warganya bahwa pendukung Alqaeda dapat melancarkan serangan terhadap mereka dan kepentingan AS di luar negeri. Hal itu menyusul keberhasilan Washington membunuh pemimpin Alqaeda, Ayman al-Zawahri.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengungkapkan, mereka tetap prihatin dengan ancaman lanjutan dari serangan teror, demonstrasi, dan tindakan kekerasan lainnya terhadap warga serta kepentingan AS. “Deplu percaya ada potensi kekerasan anti-Amerika yang lebih tinggi mengingat kematian Ayman al-Zawahri pada 31 Juli 2022,” katanya dalam sebuah pernyataan pada Selasa (2/8/2022), dikutip laman Al Arabiya.
Menurut Deplu AS, informasi terkini yang mereka miliki menunjukkan bahwa Alqaeda terus merencanakan serangan terhadap kepentingan AS di berbagai wilayah di seluruh dunia. “Serangan-serangan ini dapat menggunakan berbagai taktik, termasuk operasi bunuh diri, pembunuhan, penculikan, pembajakan, dan pengeboman,” katanya.
Pada 31 Juli lalu, AS melancarkan operasi pembunuhan terhadap Ayman al-Zawahri di Kabul, Afghanistan. Selama bertahun-tahu keberadaannya tak diketahui dan intelijen AS terus berusaha melacaknya. Al-Zawahri adalah tokoh yang turut menjadi otak dalam serangan menara World Trade Center di New York pada 9 September 2001.
Dalam operasinya, AS memanfaatkan pesawat nirawak (drone) untuk meluncurkan dua rudal Hellfire. Serangan itu seketika membunuh al-Zawahri. Menurut sejumlah pejabat di Washington, AS dengan sengaja tidak turut menargetkan anggota keluarga al-Zawahri.