REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengungkapkan, pandemi Covid-19 berkepanjangan mengakibatkan pelaksanaan imunisasi rutin tidak dapat berjalan optimal. Data beberapa tahun terakhir menunjukkan terjadinya penurunan cakupan imunisasi rutin, baik itu imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan, yang cukup signifikan.
Emil berharap, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang biasa dilaksanakan pada Agustus bisa mendorong orang tua yang anaknya berusia 9 bulan sampai dengan 59 bulan untuk tidak ragu melakukan imunisasi bagi anaknya. Terutama bagi anak yang belum imunisasi rutin maupun lanjutan.
“Mari di Bulan Imunisasi Anak Nasional ini kita kejar imunisasi anak-anak kita yang kemarin sempat tertunda karena pandemi. Karena dengan imunisasi maka kita bisa mengurangi Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan terjadinya kejadian luar biasa atau KLB PD3I seperti campak, rubela, dan difteri,” kata Emil, Rabu (3/8).
Emil mengatakan, pelaksanaan BIAN menjadi komitmen pemerintah dalam upaya mencapai target global, yakni eliminasi campak rubela atau congenital rubella syndrome (CRS) pada 2023. BIAN juga diharapkan dapat mempertahankan Indonesia sebagai nehara bebas polio.
Emil melanjutkan, dalam pencapaian eradikasi polio global, dibutuhkan upaya imunisasi kejar polio injeksi untuk menutup kesenjangan imunitas dan memastikan anak-anak terlindungi dari virus polio tipe 2. Upaya-upaya tersebut diakuinya juga dilaksanakan melalui kegiatan BIAN.
Selain imunisasi tambahan campak rubella, lanjut Emil, Jatim juga telah melaksanakan imunisasi kejar. Yaitu melengkapi imunisasi rutin (polio dan DPT-HB-HIB ) yang belum lengkap didapat saat bayi dan balita di bawah dua tahun.
“Pelaksanaan imunisasi kejar ini sudah mulai dilaksanakan sejak Mei 2022 dan akan terus berlangsung sampai semua anak yang belum lengkap imunisasinya dapat terimunisasi lengkap sesuai usianya,” ujarnya.
Emil menjabarkan, berdasarkan data hasil imunisasi kejar Jawa Timur sampai 25 juli 2022, untuk polio tetes mencakup sebanyak 26.541 anak atau 18.68 persen. Kemudian untuk polio suntik sebanyak 53.611 anak atau 24.59 persen, serta DPT-HB-HIB sebanyak 68.748 anak atau 29.23 persen
Emil memastikan, vaksin yang digunakan dalam pelaksanaan BIAN ini aman dan berkualitas serta telah mendapatkan rekomendasi dari WHO dan mendapatkan izin edar dari BPOM. Ia mencontohkan Vaksin MR yang 95 persen efektif untuk mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti campak, rubella, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, pneumonia, serta polio dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.
"Untuk menyukseskan BIAN, perlu dukungan penuh dari semua pihak yaitu pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat dan media serta komitmen yang tinggi dari pemerintah daerah," kata Emil.