REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyerukan ketenangan di Selat Taiwan. Kelompok ini mendesak untuk menahan diri dari setiap tindakan provokatif setelah kunjungan Ketua Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei yang telah membuat China berang.
Dalam pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Phnom Penh, Kamboja pada Kamis (4/8/2022) komentar tersebut adalah momen yang langka. Kelompok yang terdiri dari 10 anggota ini memiliki kecenderungan sekutu yang berbeda, beberapa dekat dengan China, sedangkan lainnya bersekutu dengan AS.
Namun, masalah Taiwan membuat aliansi negara di Asia Tenggara ini khawatir jika situasinya bisa mengacaukan kawasan. "Pada akhirnya dapat menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka, dan konsekuensi tak terduga di antara kekuatan-kekuatan besar," ujar pernyataan bersama para anggota ASEAN.
Para menteri luar negeri ASEAN menyerukan pengekangan maksimum dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan provokatif. Dunia dinilai sangat membutuhkan kebijaksanaan dan tanggung jawab semua pemimpin untuk menjunjung tinggi multilateralisme dan kemitraan. Dibutuhkan kerja sama, hidup berdampingan secara damai, dan persaingan yang sehat untuk tujuan bersama dalam mencapai perdamaian, stabilitas, keamanan, serta pembangunan inklusif dan berkelanjutan.
"Kita harus bertindak bersama dan ASEAN siap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog damai antara semua pihak termasuk melalui pemanfaatan mekanisme yang dipimpin ASEAN untuk mengurangi ketegangan, untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan pembangunan di kawasan kita," ujar aliansi yang terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Pelosi menerima sambutan meriah sebagai Ketua House AS pertama dan pejabat tertinggi AS yang berkunjung dalam lebih dari 25 tahun. China dengan cepat menanggapi kunjungan itu dengan mengumumkan beberapa latihan militer di dekatnya.
China mengklaim pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya. Beijing menentang keterlibatan apa pun oleh pejabat Taipei dengan pemerintah asing.
Beijing juga menyatakan Washington melanggar status quo dengan kunjungan Pelosi. Sementara AS menegaskan tidak ada perubahan pada posisi "satu-China" dalam mengakui pemerintah di Daratan, sementara mengizinkan hubungan informal dan hubungan pertahanan dengan Taipei. Di sisi lain, dengan meningkatnya aktivitas militer China baru-baru ini di sekitar Taiwan, AS menuduh China tidak lagi menerima status quo.