REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara tidak akan pernah mentolerir kritik Amerika Serikat terhadap program nuklir Pyongyang. Korea Utara menyebut Washington sebagai gembong proliferasi nuklir.
Korea Utara telah melakukan lebih banyak uji coba rudal tahun ini. Para ahli internasional percaya, Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh, atau yang pertama sejak moratorium pada 2017.
"Ini adalah puncak dari kesibukan bahwa Amerika Serikat menuduh (Korea Utara sebagai) 'ancaman nuklir', faktanya Amerika Serikat adalah gembong proliferasi nuklir," kata Korea Utara dalam sebuah pernyataan.
Korea Utara juga mengatakan, mereka telah menarik diri dari perjanjian nonproliferasi sejak lama. Sehingga tidak ada yang berhak melanggar hak negara untuk membela diri.
"Kami tidak akan pernah mentolerir upaya apa pun oleh AS dan pasukan budaknya untuk menuduh negara kami tanpa alasan, dan melanggar hak kedaulatan dan kepentingan nasional kami," kata pernyataan Korea Utara.
Pekan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan, negaranya siap untuk memobilisasi pencegah perang nuklir. Korea Utara juga siap melawan setiap serangan militer AS. Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Korea Utara terus memperluas program nuklirnya yang. Korea Utara juga sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh.
Korea Utara tampaknya memperluas kegiatan restorasi di lokasi uji coba nuklirnya untuk memasukkan terowongan kedua. Lembaga think tank yang berbasis di Amerika Serikat pada Juni lalu mengatakan, upaya perluasan itu dilakukan Korea Utara saat pejabat Korea Selatan dan AS memperkirakan uji coba nuklir baru Pyongyang dapat terjadi kapan saja."Pekerjaan dan persiapan di Terowongan No.3 di fasilitas uji nuklir Punggye-ri milik Korea Utara sudah selesai dan siap untuk kemungkinan uji coba nuklir," kata Pusat Studi Strategis dan Internasional AS dalam sebuah laporan, yang mengutip citra satelit komersial.
Laporan itu menyebutkan, untuk pertama kalinya para analis j melihat aktivitas konstruksi baru di Terowongan No.4, yang menunjukkan ada upaya untuk mengaktifkannya kembali pengujian potensial nuklir di masa depan. Di luar Terowongan No.3, gambar dari satelit menunjukkan dinding penahan dan beberapa lanskap kecil dengan pohon-pohon kecil atau semak-semak. Ini kemungkinan untuk mengantisipasi kunjungan para pejabat senior Korea Utara.
Korea Utara sebelumnya melakukan enam uji coba nuklir bawah tanah di lokasi tersebut dari 2006 hingga 2017. Kedua terowongan itu yaitu No.3 dan No.4 sebelumnya tidak pernah digunakan untuk uji coba nuklir. Pintu masuk terowongan itu dihancurkan pada 2018 ketika Korea Utara mendeklarasikan moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM).