REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Peningkatan kerja sama ekonomi hijau penting untuk dilakukan bersama antara ASEAN dengan Korea Selatan (Korsel) dan Inggris. Hal ini menjadi isu pembahasan pada pertemuan ASEAN-Korsel Ministerial Meeting dan ASEAN-Inggris Ministerial Meeting di Phnom Penh, Kamboja, pada Kamis (4/8/2022).
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, bahwa Korsel merupakan salah satu mitra penting ASEAN yang telah bekerja dengan baik dalam penanganan pandemi bersama. Kemitraan ini menjadi penting ditingkatkan untuk pemulihan ekonomi pascapandemi.
"Indonesia memfokuskan pada kerja sama di bidang ekonomi hijau antara ASEAN-Korsel, termasuk transisi energi," ujar Retno dalam keterangan persnya, Kamis.
Menurut Retno transisi energi bukan merupakan hal yang mudah dan oleh karenanya diperlukan kerja sama investasi besar dan alih teknologi. Indonesia dalam hal ini menyampaikan apresiasi kontribusi Korsel terhadap ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF).
ACGF adalah inisiatif dana infrastruktur ASEAN yang mendukung negara-negara Asia Tenggara melalui bantuan teknis dan pendanaan proyek infrastruktur berkelanjutan. Selain itu, Retno mengatakan, investasi untuk teknologi rendah karbon dan proyek-proyek energi terbarukan juga mesti ditingkatkan.
"Itu sangat penting artinya, sejalan dengan komitmen Korsel mengenai Green New Deal. Salah satu investasi yang memiliki masa depan yang baik adalah pengembangan ekosistem kendaraan listrik," kata Retno.
ASEAN-Korsel ditengarai tengah merencanakan dialog ASEAN-Korsel Carbon yang memberikan kesempatan para pihak untuk melakukan tukar pikiran mengenai perencanaan kebijakan carbon pricing. Retno menegaskan bahwa kemitraan ASEAN-Korsel harus menjadi bagian dari solusi tantangan yang dihadapi kawasan dan dunia.
Sementara itu, isu peningkatan kerja sama ASEAN disampaikan Retno pada pertemuan ASEAN dengan Inggris. Retno mendorong investasi hijau senilai tiga triliun dolar AS sampai 2030.
"ASEAN memiliki komitmen kuat untuk mencapai net-zero target dan mengembangkan infrastruktur ketahanan iklim dan guna mencapai visi ini, diperlukan investasi hijau senilai USD 3 triliun sampai 2030," kata Retno pada kesempatan terpisah.
Ini adalah pertama kalinya, Menteri Luar Negeri ASEAN bertemu dengan Inggris setelah diterima sebagai Mitra Dialog ASEAN pada 2021. Sebagai negara yang memiliki kemampuan di bidang teknologi hijau, ASEAN terhadap Inggris dapat meningkatkan investasi di sektor teknologi rendah karbon di negara-negara ASEAN.