REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pendakwah yang digandrungi kaum milenial, Habib Husein Ja'far Al Hadar mengatakan, selama ini sudah banyak yang berdakwah di masjid dan tempat pengajian. Namun, menurut dia, dakwah itu belum banyak dilakukan di tempat-tempat seperti di kafe maupun di Citayam Fashion Week.
Habib Ja’far sendiri pernah ditawari untuk khutbah di suatu masjid, tapi hanya satu tahun sekali. Karena, menurut dia, memang sudah banyak khatib yang menyampaikah khutbah Jumat di masjid itu. Sementara, di kafe atau di Citayam Fashion Week belum banyak yang berdakwah. Karena, untuk berdakwah di tempat-tempat seperti itu membutuhkan kerendahan hati.
“Tapi di kafe, di Citayam Fashion Week enggak. Kenapa? karena kerendahan hati kita itu diuji di sana. Ilmu kita diuji di sana,” ujar Habib Ja’far saat menjadi pembicara dalam diskusi publik yang digelar di Pameran buku Islamic Book Fair (IBF), Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (4/8/2022) malam.
Dia pun menceritakan ketika ada seorang komika yang datang pertama kali ke rumahnya. Saat berjumpa dengan komika tersebut, justru yang keluar pertama kali adalah kata-kata jorok yang mengarah pada pornografi. Saat itu lah dia diuji untuk menyampaikan dakwahnya.
“Pertama ketemu kata yang pertama keluar itu bukan assalamualaikum, tapi kata-kata jorok kesannya pornografi. Gak perlu saya jelasin. Itu kata pertama yang muncul. Itu kerendahan hati kita diuji di sana,” ucap dia.
Jika seorang pendakwah langsung tersinggung dengan kata-kata seperti itu, menurut dia, maka dakwahnya pun menjadi gagal. “Kalau kita kemudian tersinggung dan marah kepada dia, sekarang dia tak akan jadi murid saya. Tapi akhirnya dia jadi murid saya. Selalu pengajian kepada saya,” kata Habib Ja’far.
Bahkan, kata dia, kini murid komikanya itu mau memberangkatkan dirinya untuk pergi haji ke Tanah Suci Makkah. “Bahkan, tahun ini atau tahun depan juga dia itu mau bayari haji dan keluarga saya yang haji Furuda yang harganya 300 juta itu. Padahal dia bukan yang kaya banget, biasa aja. Itu kuncinya adalah kerendahan hati,” jelas Habib Ja’far.
Dia menambahkan, kerendahan hati itu juga diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Ketika dilempar batu maupun kotoran, Nabi tetap sabar dan rendah hati dalam menghadapinya. “Rendah hati itu penting dengan asumsi bahwa mereka melakukan itu karena kebodohannya, kebodohan secara intelektual atau kebodohan secara emosisonal atau kebodohan secara spiritual,” kata Habib Ja’far.