Jumat 05 Aug 2022 14:02 WIB

Jokowi: Dunia dalam Kondisi Mengerikan

IMF sampaikan akan ada 60 negara yang ekonominya ambruk.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka acara silaturahmi nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) 2022 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/8). Dalam sambutannya, Jokowi menyampaikan bahwa dunia saat ini sedang dalam posisi yang sangat sulit.

Ia pun kemudian menceritakan soal pertemuannya dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan juga lembaga-lembaga internasional, serta kepala negara G7. Saat itu, Jokowi menanyakan terkait kondisi dunia saat ini. “Beliau-beliau menyampaikan ‘Presiden Jokowi tahun ini kita akan sangat sulit. Tahun ini kita akan sulit’. Terus kemudian seperti apa. Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia,” kata Jokowi.

Baca Juga

Menurut Jokowi, Sekjen PBB hingga IMF pun menyampaikan bahwa akan ada 60 negara yang ekonominya akan ambruk. Saat ini, satu per satu negara itupun sudah mulai menunjukan jatuhnya perekonomian mereka. “Angkanya adalah 9 terlebih dahulu, kemudian 25, kemudian 42. Mereka sudah secara detil mengkalkulasi. Apa yang dikhawatirkan itu betul-betul kita lihat,” tambah dia.

Bahkan saat ini, sekitar 320 juta orang di dunia mengalami kelaparan akut. Jokowi pun menegaskan, pertumbuhan ekonomi di semua negara saat ini tengah mengalami penurunan, baik di Singapura, Eropa, Australia, Amerika, dll. Namun di saat yang sama, angka inflasi di berbagai negara juga mengalami kenaikan.

“Inilah kondisi yang sangat kalau boleh saya sampaikan, dunia sekarang ini sudah pada kondisi yang mengerikan. Amerika yang biasanya kenaikan barang atau inflasi itu hanya berada pada posisi 1 persen, hari ini sudah berada di 9,1 persen. Bensin naik sampai dua kali lipat. Di Eropa juga sama,” jelasnya.

Sementara di Indonesia, kata Jokowi, harga BBM jenis pertalite masih rendah karena adanya subsidi, yakni Rp 7.650. Padahal, harga normal pertalite sudah mencapai Rp 17.100. Ia mengatakan, jika pemerintah menaikkan harga BBM, maka masyarakat akan melakukan demonstrasi. “Naik 10 persen saja demonya saya ingat, demonya dulu tiga bulan. Kalau naik sampai 100 persen lebih, demonya akan berapa bulan,” tambah dia.

Jokowi mengatakan, pemerintah tengah berupaya untuk mengendalikan inflasi melalui pemberian subsidi. Sebab, jika harga BBM mengalami kenaikan, maka harga komoditas lainnya juga akan naik.

Total subsidi yang digelontorkan pemerintah ini tak kecil, bahkan mencapai Rp 502 triliun. “Yang tidak ada negara berani memberikan subsidi sebesar yang dilakukan oleh Indonesia,” kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement