Sabtu 06 Aug 2022 05:05 WIB

IDI Berkolaborasi untuk Tingkatkan Pemantauan Penularan Cacar Monyet

IDI berkolaborasi dengan 6 organisasi profesi meningkatkan kewaspadaan pada monkeypox

 Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berkolaborasi dengan organisasi-organisasi profesi kedokteran untuk meningkatkan pemantauan kasus penularan penyakit cacar monyet. (ilustrasi).
Foto: CDC
Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berkolaborasi dengan organisasi-organisasi profesi kedokteran untuk meningkatkan pemantauan kasus penularan penyakit cacar monyet. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berkolaborasi dengan organisasi-organisasi profesi kedokteran untuk meningkatkan pemantauan kasus penularan penyakit cacar monyet.

"Kami berkolaborasi dengan enam organisasi profesi untuk meningkatkan kemampuan dokter agar meningkatkan kewaspadaan terhadap monkeypox (cacar monyet)," kata Ketua Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar IDI Hanny Nilasari dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Jakarta, Jumat (5/8/2022).

Baca Juga

Organisasi profesi yang berkolaborasi dengan IDI dalam pemantauan penularan cacar monyet antara lain Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI), serta Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia.

"Kami melalui organisasi profesi segera melaporkan apabila menemui kasus terduga, meskipun belum terkonfirmasi, minta agar melaporkan ke Dinkes," kata Hanny.

Pada 2 Agustus 2022, Satuan Tugas Monkeypox Pengurus Besar IDI telah menyampaikan rekomendasi ke seluruh pemerintah daerah, tenaga kesehatan, serta warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan cacar monyet. Satuan Tugas juga mempublikasikan temuan kasus agar masyarakat awam bisa meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan cacar monyet serta segera melapor jika mengalami atau mendapati orang dengan gejala serupa cacar monyet.

"Kami mendukung dilakukan contacttracing(pelacakan kontak) apabila ada kasus dugaan monkeypox. Tenaga kesehatan juga diminta memakai alat pelindung ketika menangani pasien," kata Hanny.

Menurut dia, salah satu faktor risiko yang perlu diamati adalah kepulangan jamaah haji dari Arab Saudi. Ia mengatakan bahwa petugas puskesmas sebaiknya juga melakukan pemeriksaan kelainan kulit pada anggota jamaah haji yang baru pulang ke Tanah Air.

"Di beberapa wilayah sudah dilakukan ke PMI dan puskesmas terkait karena banyak haji yang baru pulang dari luar negeri. Kalau di PMI, kami instruksikan sebelum lakukan tindakan pengambilan sampel darah, periksa apakah ada kelainan di kulit, gejala demam, dan lainnya," katanya.

Ia menjelaskan, gejala penyakit cacar monyet yang berupa ruam dan lentinganberisi nanah bisa muncul pada bagian tubuh seperti wajah, tangan, lengan, perut, badan, dan punggung. "Begitu juga di telapak tangan, bisa jadi di tangan, mata, mulut, atau di dalam mulut. Kalau imun baik, biasanya kondisinya baik atau gejala hanya bersifat lokal. Kalau daya tahan tubuh tidak baik, kondisi bisa memburuk," katanya.

Hanny mengatakan bahwa sembilan suspek kasus cacar monyet yang ditemukan di Indonesia sudah dikonfirmasi negatif, tetapi ada satu kasus suspek di Jawa Tengah yang masih dalam pemeriksaan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement