Sabtu 06 Aug 2022 05:35 WIB

Haruskah Calon Mualaf Pakai Jilbab Saat Ikrarkan Syahadat?

Jika seseorang siap jadi mualaf, berarti dia harus siap menaati semua perintah Allah.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Hijab. Haruskah Calon Mualaf Pakai Jilbab Saat Ikrarkan Syahadat?
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Hijab. Haruskah Calon Mualaf Pakai Jilbab Saat Ikrarkan Syahadat?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hal pertama yang dilakukan seseorang untuk masuk Islam adalah mengakui dua prinsip utama, yaitu tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Meskipun kedua prinsip itu dinyatakan dalam bentuk sederhana, tetapi melibatkan banyak transformasi dalam kehidupan seorang mualaf.

Jika seseorang siap menjadi mualaf, ini berarti dia harus siap menaati semua perintah Allah yang terkandung dalam Alquran dan sunnah. Dia dianggap sebagai orang yang beriman saat menerima bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya adalah Allah dan percaya Allah mengutus para Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia.

Baca Juga

Perlu diingat juga, Nabi Muhammad merupakan sosok teladan bagi semua Muslim. Artinya, seorang Muslim harus menerima Rasulullah sebagai panutan dan mengikuti ajarannya.

Kebebasan dan Tanggung Jawab

Menurut Islam, setiap manusia dilahirkan sebagai Muslim. Kata "Muslim" dalam bahasa Arab berarti orang yang tunduk kepada Tuhan dengan damai, mematuhi semua aturan Allah.

Namun, manusia berbeda dari makhluk lain karena mereka memiliki jiwa. Mereka memiliki kecerdasan, imajinasi, dan kebebasan berkehendak, serta kebebasan bertindak. Sisi lain dari kebebasan manusia adalah tanggung jawab. Ini berarti setiap manusia harus bertanggung jawab menjalani kehidupan yang damai dan harmonis di bumi.

Allah dengan Rahmat-Nya yang tak terbatas telah memberikan petunjuk kepada manusia melalui para Rasul-Nya. Jadi, sebagai manusia, kita harus mengikuti petunjuk itu. Menjadi seorang Muslim benar-benar mempunyai ikatan diri dan Tuhan. Namun, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, bagi seorang mualaf, masyarakat juga perlu mengetahui perubahaan kepercayaan.

Hal ini diperlukan karena beberapa alasan, seperti kebutuhan untuk menjadi bagian dari komunitas Muslim dan kebutuhan untuk diakui sebagai Muslim untuk tujuan resmi. Dilansir About Islam, Kamis (4/8/2022), pada saat seorang mualaf mengucapkan syahadat secara resmi di masjid, sebaiknya dia mengenakan jilbab meskipun itu bukan suatu keharusan.

Seiring berjalannya waktu, dia juga dapat mencoba sejumlah pakaian Muslim. Kemudian jika khawatir tentang ibadah dini atau pagi hari, bisa mencoba membiasakan diri menggunakan jam weker. Itu bisa membantu bangun untuk menjalankan sholat.

Ketepatan waktu dan ketulusan dalam beribadah memiliki arti penting dalam Islam. Insya Allah seorang mualaf akan menemukan perubahan gaya hidup Islami yang sangat bermanfaat.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَسْكِنُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِّنْ وُّجْدِكُمْ وَلَا تُضَاۤرُّوْهُنَّ لِتُضَيِّقُوْا عَلَيْهِنَّۗ وَاِنْ كُنَّ اُولَاتِ حَمْلٍ فَاَنْفِقُوْا عَلَيْهِنَّ حَتّٰى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّۚ فَاِنْ اَرْضَعْنَ لَكُمْ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۚ وَأْتَمِرُوْا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوْفٍۚ وَاِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهٗٓ اُخْرٰىۗ
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

(QS. At-Talaq ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement