Sabtu 06 Aug 2022 08:45 WIB

Rusia Larang Investor Jual Saham Bank dan Proyek Energi

Presiden Vladimir Putin meneken dekrit larangan penjualan aset asing pada Jumat.

Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia telah melarang investor dari negara-negara yang disebut tidak bersahabat untuk menjual saham di proyek-proyek energi utama dan bank-bank hingga akhir tahun.
Foto: AP/Alexey Maishev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin. Rusia telah melarang investor dari negara-negara yang disebut tidak bersahabat untuk menjual saham di proyek-proyek energi utama dan bank-bank hingga akhir tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah melarang investor dari negara-negara yang disebut tidak bersahabat untuk menjual saham di proyek-proyek energi utama dan bank-bank hingga akhir tahun. Ini dinilai meningkatkan tekanan dalam perselisihan sanksi dengan Barat.

Negara-negara Barat dan sekutunya, termasuk Jepang, telah memberlakukan pembatasan keuangan pada Rusia sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari. Moskow membalas dengan hambatan untuk bisnis Barat dan sekutu mereka meninggalkan Rusia. Bahkan, dalam beberapa kasus, Rusia menyita aset mereka.

Baca Juga

Dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin itu diterbitkan pada hari Jumat (5/8/2022). Dekrit tersebut segera melarang investor dari negara-negara yang mendukung sanksi terhadap Rusia untuk menjual aset mereka dalam perjanjian bagi hasil (PSA), bank, entitas strategis, perusahaan yang memproduksi peralatan energi, serta di tempat lain mulai dari produksi minyak dan gas hingga batubara dan nikel.

Putin dapat mengeluarkan pengabaian khusus dalam kasus-kasus tertentu agar kesepakatan tetap berjalan, kata dekrit itu. Pemerintah serta bank sentral harus menyiapkan daftar bank untuk persetujuan Kremlin. Keputusan itu tidak menyebutkan nama investor.

Larangan itu mencakup hampir semua proyek keuangan dan energi besar di mana investor asing masih memiliki saham, termasuk proyek minyak dan gas Sakhalin-1.

Pada hari Kamis (4/8/2022), perusahaan minyak negara Rusia Rosneft menyalahkan Exxon Mobil karena penurunan produksi di kelompok ladang Sakhalin-1. Itu terjadi setelah perusahaan energi utama AS itu mengatakan sedang dalam proses mentransfer 30 persen sahamnya ke pihak lain.

Secara terpisah, sebuah keputusan pemerintah yang ditandatangani pada 2 Agustus memberikan investor asing di proyek gas alam cair (LNG) Sakhalin-2 - Royal Dutch Shell dan rumah dagang Jepang Mitsui & Co dan Mitsubishi Corp - satu bulan untuk mengklaim saham mereka di entitas baru yang akan menggantikan proyek yang ada.

Exxon menolak berkomentar. Pada Kamis, sebelum larangan, Exxon mengatakan telah membuat kemajuan yang signifikan keluar dari Sakhalin-1 dan bahwa penarikan adalah proses yang kompleks. "Sebagai mantan operator, Exxon memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan orang, perlindungan lingkungan dan integritas operasi," kata juru bicara Casey Norton, Kamis.

Shell sedang mencari opsi untuk menarik diri dari proyek. Sementara, pemerintah Jepang menegaskan kembali keinginannya agar perusahaan Jepang mempertahankan saham mereka di sana.

UniCredit Italia dan Intesa, grup AS Citi dan Raiffeisen Austria terus mencari opsi untuk keluar dari Rusia. Sementara yang lain seperti Societe Generale dan HSBC telah menemukan jalan keluar. 

Citigroup menolak berkomentar, tetapi pada Kamis, perseroan mengatakan dalam pengajuan akan terus mengurangi operasi dan eksposur ke Rusia. Citigroup telah berhenti meminta bisnis baru atau klien baru di Rusia, katanya.

Citigroup mengungkapkan terdapat 8,4 miliar dolar AS dalam eksposur Rusia pada 30 Juni, dibandingkan dengan 7,9 miliar dolar AS pada akhir kuartal pertama. Eksposur meningkat karena kenaikan nilai rubel.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement