REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas Palestina mengutuk serangan udara Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan warga sipil, termasuk seorang anak berusia lima tahun. Palestina menilai, serangan itu menekankan pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan resolusi PBB.
“Negara Palestina mengutuk serangan terencana pendudukan Israel terhadap orang-orang Palestina di Gaza. Ini menekankan bahwa agresi berkelanjutan Israel, termasuk serangan baru-baru ini di Gaza dan pengepungan ilegal yang berkelanjutan di Jalur Gaza, merupakan pelanggaran mencolok dan serius terhadap setiap prinsip hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa Keempat, dan resolusi PBB," kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Palestina, Sabtu (6/8), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Palestina mendesak Dewan Keamanan PBB dan pihak dalam Konvensi Jenewa Keempat untuk segera melakukan intervensi menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina. “Tidak adanya pertanggungjawaban internasional terus mendorong Israel, Kekuatan pendudukan kolonial, untuk bertahan dalam melakukan kejahatan internasional yang serius terhadap rakyat Palestina, menginjak-injak hak asasi mereka dan menyebabkan kematian yang meluas, cedera dan kehancuran yang tidak disengaja,” kata Kemenlu Palestina.
Palestina menilai, “lumpuhnya” Dewan Keamanan telah membuat Israel percaya mereka mempunyai hak membunuh warga Palestina, termasuk anak-anak. “Prioritas saat ini adalah untuk menghentikan kampanye pembunuhan dan penghancuran Israel. Pada saat bersamaan, perlakuan luar biasa terhadap Israel, kekuatan pendudukan kolonial, harus diakhiri,” kata Kemenlu Palestina.
Pada Jumat (5/8/2022) lalu, Israel melancarkan serangan udara ke Gaza. Mereka membidik markas atau situs kelompok Jihad Islam. Komandan Jihad Islam, Tayseer al-Jaabari, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Israel pun mengklaim berhasil membunuh 15 “teroris” lainnya.
“Israel melakukan operasi kontra-teror yang tepat terhadap ancaman langsung,” kata Perdana Menteri Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan yang disiarkan stasiun televisi Israel.
Lapid menegaskan, Israel akan melakukan apa pun untuk membela rakyatnya. “Pertarungan kami bukan dengan rakyat Gaza. Jihad Islam adalah proksi Iran yang ingin menghancurkan Israel dan membunuh warga Israel yang tak bersalah,” ucapnya.
Kendati membidik markas atau situs Jihad Islam, menurut pejabat kesehatan di Gaza, serangan udara Israel pada Jumat lalu turut menewaskan 10 orang, termasuk anak berusia lima tahun. Sebanyak 55 orang lainnya juga mengalami luka-luka. Jihad Islam akhirnya membalas serangan Israel pada Jumat malam. Mereka meluncurkan lebih dari 100 roket ke kota-kota di Israel selatan dan tengah, termasuk Tel Aviv.
Serangan roket Jihad Islam memicu sirene di daerah Israel selatan dan tengah. Di Tel Aviv, sejumlah saksi mengatakan, mereka mendengar adanya ledakan. Namun sirene di sana tak berdengung. Sementara itu, stasiun televisi Israel menampilkan bagaimana sejumlah roket yang diluncurkan Jihad Islam ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.
Menurut layanan ambulans Israel, tak ada korban jiwa akibat serangan Jihad Islam. Jihad Islam terbentuk di Gaza pada 1980-an. Mereka menentang dialog dengan Israel dan dianggap memiliki kedekatan dengan Iran. Jihad Islam terpisah dari Hamas. Namun kedua kelompok itu umumnya selalu bekerja sama melakukan perlawanan terhadap Israel.