REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Barat, hingga saat ini persentase pemenuhan ASI eksklusif masih berada di angka 52 persen, atau kurang 38 persen dari target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat drg. Juanita Paticia Fatima mengatakan, pemenuhan ASI eksklusif merupakan salah satu upaya yang perlu didorong untuk menekan angka stunting yang hingga saat ini masih cukup tinggi.
“Untuk menunjang stunting bisa turun, kita targetkan 90 persen pemberian ASI eksklusif pada masyarakat Jawa Barat. Saat ini pemberian ASI ekslusif kita itu berada di 52 persen. Nah itu makanya, semua lapisan masyarakat punya peran,” ujarnya kepada Republika, di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Ahad (7/8/2022).
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Barat Mawar Pohan mengatakan, kendala terbesar yang menyebabkan rendahnya pemenuhan ASI eksklusif adalah rendahnya dukungan dan peran orang-orang terdekat dalam memberikan dukungan kepada ibu menyusui. Lingkungan yang tidak sehat ini, akan membawa beban psikologis bagi ibu menyusui yang nantinya akan membuat mereka menyerah untuk memberikan ASI eksklusif.
“Problematika ibu menyusui itu pasti ada, mulai dari ASI seret, ibu menyusui yang harus bekerja, puting sakit, dan lainnya. Nah persoalan itu sebenarnya bisa diatasi jika ibu mendapatkan dukungan konseling atau dukunga edukasi, namun terkadang lingkungan di sekitarnya itu malah memojokkan ibu dan membesarkan masalah tersebut dan membuat ibu kurang percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif,” tutur Mawar dalam kegiatan perayaan pekan menyusui dunia (PMD) yang digelar di Kiara Artha Park Kota Bandung, Ahad (7/8/2022).
Kurangnya peran dan kesadaran orang-orang terdekat dalam menciptakan suasana dan lingkungan yang mendukung bagi ibu menyusui, kata Mawar, dapat membuat banyak ibu putus asa dan memutuskan untuk menggunakan produk pengganti ASI, yang berdasar pada anggapan tabu bahwa mereka tidak dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi sang bayi.
“Padahal tidak ada yang bisa menggantikan ASI, mau produk seperti apapun. Tapi kepercayaan diri dan kemampuan ibu adalah yang perlu terus didukung baik melalui edukasi, pendampingan dan peran semua pihak,” tegas Mawar.
Melalui peringatan PMD 2022 ini, AIMI berupaya mendorong peran serta suami, keluarga, orang tua, mertua, masyarakat, pemerintah maupun stakeholder untuk bersama membangun rantai dukungan berkelanjutan untuk ibu menyusui. Menurutnya, peningkatan kontribusi seluruh pihak dapat membantu memastikan terpenuhinya ASI ekslusif.
Selain mendorong kesadaran masyarakat, AIMI juga berupaya memperluas akses konseling bagi ibu menyusui, dan mendesak pemenuhan hak ibu dan anak yang hingga saat ini masih belum sepenuhnya terpenuhi.
“Masyarakat kita terus edukasi, kita juga mendorong penyediaan layanan kesehatan, akses konseling yang mudah, dan mendesak peran pemerintah dan layanan publik bahwa memang ada hak-hak ibu dan anak dalam menyusui yang belum terpenuhi karena fasilitas yang kurang dan lainnya,” kata Mawar.
“Oleh karena itu dari kegiatan ini kita berharap semua pihak semakin menyadari perannya untuk terus memberikan aksi nyata dalam melakukan dukungan tersebut mulai sari suami, keluarga, orang tua, mertua, dan lainnya, karena itu berdampak signifikan bagi ibu menyusui,” sambungnya.
Tak hanya di Kota Bandung, kegiatan ini juga dilaksanakan secara serentak di 18 Provinsi di Indonesia, dan sejumlah negara-negara lain seperti Timor Leste, Filipina, dan Malaysia. Tema yang diusung dalam kegiatan rutin setahun sekali ini adalah memberikan dukungan lebih terhadap ibu menyusui, yang bermuara pada ajakan untuk mengambil peran untuk mendukung menyusui.
“Acara hari ini mudah-mudahan menjadi simbolis peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memberikan dukungan menyusui dengan tetap memberikan edukasi, juga situasi yang mendukung untuk ibu menyusui dan itu harus dilakukan oleh semua pihak secara bersinergi,” pungkasnya.