Ahad 07 Aug 2022 23:37 WIB

Situasi di Gaza Mencekam

Situasi di Gaza sejak serangan udara Israel pada Jumat (5/8/2022) masih mencekam

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel, di Gaza City, Sabtu, 6 Agustus 2022. Situasi di Gaza sejak serangan udara Israel pada Jumat (5/8/2022) masih mencekam.
Foto: AP/Hatem Moussa
Roket diluncurkan dari Jalur Gaza menuju Israel, di Gaza City, Sabtu, 6 Agustus 2022. Situasi di Gaza sejak serangan udara Israel pada Jumat (5/8/2022) masih mencekam.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Situasi di Gaza sejak serangan udara Israel pada Jumat (5/8/2022) masih mencekam. Seorang warga Gaza, Abeer Z Barakat, menggambarkan situasi di jalan-jalan Gaza cukup sepi dan orang-orang lebih memilih untuk tinggal di rumah atau di tempat yang aman bersama keluarga mereka.

"Situasi di Gaza sangat mengerikan, pengeboman di mana-mana dan tidak terduga. Tidak ada tempat yang aman di Gaza," ujar Abeer yang merupakan aktivis Great Return March kepada Republika, Ahad (7/8/2022).

Baca Juga

Abeer mengatakan serangan udara Israel datang tak terduga. Terkadang, pasukan pendudukan Israel memberikan notifikasi atau pemberitahuan kepada warga Gaza lima menit sebelum serangan. Namun kadang pasukan Israel tidak memberikan notifikasi dan langsung membombardir Gaza. 

"Saya tidak bisa mengatakan bahwa kami tidak takut. Sulit untuk berpikir Anda mungkin kehilangan segalanya dalam satu menit. Lebih mudah untuk berpikir bahwa jika Anda dibom, Anda akan bersama dengan orang yang Anda cintai, tetapi untuk tetap sendirian di tengah situasi mencekam ini sangat sulit," ujar Abeer. 

Abeer mengatakan dia dan keluarganya berada di tempat yang aman. Dia dan keluarga tidur bersama di satu ruangan di dalam rumah yang dianggap aman.

Menurut Abeer pasokan listrik di Gaza masih terputus, sementara pasokan bahan makanan masih mencukupi. Abeer menjelaskan sebagian besar pertokoan di Gaza tutup sejak serangan udara Israel. Warga Gaza yang hendak membeli pasokan makanan harus berkeliling untuk mencari toko-toko yang kemungkinan masih buka. Namun mereka takut jika sewaktu-waktu terjadi pengeboman oleh pasukan Israel. 

"Walaupun kami bepergian dengan mobil atau berjalan kaki, kami takut jika ada bom yang meledak di atas kepala kami," ujar Abeer.

Pembangkit listrik satu-satunya di Gaza ditutup pada Sabtu (6/8/2022) karena kehabisan pasokan bahan bakar. Perusahaan pembangkit listrik ini kehabisan bahan bakar setelah Israel menutup perlintasan barang dengan Palestina sejak Selasa (2/8/2022). Penutupan penyeberangan Israel dengan Gaza terjadi ketika militer bersiap untuk melakukan serangan pembalasan terhadap kelompok Jihad Islam Palestina di Gaza.  

Kelompok Jihad Islam menembakkan roket ke Yerusalem pada Ahad dan tidak ada korban yang dilaporkan. Serangan ini menandakan jangkauan dan tekad baru kelompok militan Palestina ketika Israel menekan serangan udara di Jalur Gaza.

Jihad Islam menargetkan Yerusalem sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap komandan senior mereka, Khaled Mansour, dalam serangan Israel di Gaza selatan. "Darah para syuhada tidak akan disia-siakan," kata pernyataan kelompok tersebut.

Sekitar 30 warga Palestina, atau setidaknya sepertiga dari mereka warga sipil, tewas dalam serangan udara Israel yang meletus pada Jumat (5/8/2022) di Gaza. Sementara serangan roket telah melumpuhkan sebagian besar Israel selatan dan mengirim penduduk di sejumlah kota seperti Tel Aviv dan Ashkelon ke tempat perlindungan. Gejolak itu telah mengkhawatirkan kekuatan dunia dan mendorong mediasi gencatan senjata oleh Mesir. 

"Siapa yang mau perang? Tidak ada. Namun kami juga tidak suka diam ketika perempuan, anak-anak, dan pemimpin terbunuh," kata seorang sopir taksi Gaza yang hanya mengidentifikasi dirinya sebagai Abu Mohammad.

Israel mengatakan akan berhenti menyerang jika Jihad Islam juga menghentikan serangan. Ledakan intersepsi roket udara dapat terdengar hingga lima kilometer dari Yerusalem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement