Senin 08 Aug 2022 14:06 WIB

Hasil Tangkapan Nelayan di Jabar Turun 30 Persen Akibat Cuaca Ekstrim

Hasil tangkapan nelayan turun 20-30 persen saat ini.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Pekerja mengumpulkan ikan di tempat pelelangan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Senin (16/5/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan nilai ekspor perikanan Indonesia pada kuartal I tahun 2022 mencapai 1,53 miliar dolar AS atau setara dengan Rp21,95 triliun, naik 21,63 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Pekerja mengumpulkan ikan di tempat pelelangan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Senin (16/5/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan nilai ekspor perikanan Indonesia pada kuartal I tahun 2022 mencapai 1,53 miliar dolar AS atau setara dengan Rp21,95 triliun, naik 21,63 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Cuaca ekstrim mengakibatkan gelombang tinggi di sejumlah daerah di Jabar berpengaruh pada produktivitas nelayan. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat (Jabar), Hermansyah, akibat gelombang tinggi, nelayan susah melaut sehingga memang hasil tangkapan nelayan kecil berkurang. 

"Hasil tangkapan nelayan turun 20-30 persen saat ini. Karena, sekarang cukup ekstrim, beberapa kali peringatan BMKG dan pekan ini lebih diwaspadai nelayan harus lebih berhati-hati," ujar Hermansyah, Senin (8/8).

Hermansyah mengatakan, produksi ikan tangkap Jabar totalnya ada 1,6 juta ton termasuk budi daya. Dari jumlah tersebut, hasil ikan tangkapnya hanya sekitar 280 atau 300 ribu ton.

"Jadi budidaya masih unggul karena ikan tangkap ini hanya di beberapa kabupaten yang punya pesisir dan waduk," katanya.

Menurut Hermansyah, untuk ikan budi daya ada di semua kab/kota dan jumlah pembudidaya jauh lebih besar. Jadi, produksi ikan budi daya ini jumlahnya bisa mencapai jutaan.

"Kalau nelayan penangkap ikan itu di Jabar ada 120 ribu kalau nggak salah. Jumlahnya, masih jauh dari pembudidaya," katanya.

Saat ditanya tentang prediksi Bank Indonesia BI terkait potensi ikan di Jabar Selatan yang belum termanfaatkan optimal. "Yaa, potensi ikan 1,2 juta ton per tahun tapi yang baru dimanfaatkan 11 ribu ton," katanya.

Untuk mengoptimalkan potensi di Jabar Selatan tersebut, kata dia, tinggal menambah alat tangkap dan perahu nelayan serta memperbaharuinya. Kalau sekarang, perahu nelayan relatif kecil. 

"Kendala selatan nggak seperti di utara. Ini jauh berbeda dengan selatan gelombang besar laut curam kalau ke utara landai. Itu menambah kesulitan. Jadi perlu kapal besar alat tangkap dan sarana pelabuhan yang lebih memadai untuk bisa mendaratkan perahu," paparnya. 

Untuk mengoptimalkan di Jabar Selatan, kata dia, pihakanya akan melengkapi sarana dan prasarana di pelabuhan seperti break water, kolam labuh dermaga dan bangunan darat.

"Itu jadi program kita tapubanggaran terbatas dan kita harus cari sumber lain sepertibswasta dan investor. Kita buka diri tapi investor masih menghitung dan kami terus memberikan keyakinan pada investor," katanya. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement