REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran mencontohkan orang yang buta hatinya yakni kaum musyrik Makkah yang tidak mau menerima kebenaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Padahal mata lahir mereka sering melihat bukti bekas kaum terdahulu yang diazab akibat mendustakan dan menentang para Nabi dan Rasul.
Namun, mata hati mereka buta sehingga bukti-bukti itu dan kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW tidak mau mereka dengarkan. Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Hajj Ayat 46 dan tafsirnya.
اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ
Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada dalam dada. (QS Al-Hajj: 46)
Maksud ayat ini adalah Allah bertanya kepada orang-orang yang menolak ajaran Allah yang dibawa Rasulullah SAW, "Maka apakah mereka tidak pernah berjalan di bumi menyaksikan peninggalan umat terdahulu atau mengkajinya secara mendalam sehingga kalbu, kecerdasan emosi, dan spiritual mereka dapat memahami atau merenungkan ajaran Alquran atau telinga mereka dapat mendengar ajakan Rasul untuk beriman kepada Allah?"
Mata, telinga, dan pikiran mereka tertutup. Oleh sebab itu, sejatinya bukan mata lahiriah mereka itu yang buta sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebenaran ajaran Rasulullah SAW. Tetapi yang buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka.