REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang-orang yang profesional sejatinya adalah yang bekerja pada tempatnya dengan sungguh-sungguh. Mereka bisa memisahkan urusan pribadi dengan usahanya.
Selain itu orang profesional juga selalu meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaannya, bertanggung jawab, bersikap dan bertindak tepat, serta meminimalisir konflik yang tak sehat dan kontraproduktif.
Alhasil seorang profesional akan bekerja produktif, efektif, dan efisien, memiliki integritas, menjadi pemecah masalah, serta mampu membangun relasi dan komunikasi secara efektif.
Namun demikian menurut Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof Hamid Fahmi Zarkasy, di antara masalah yang dihadapi orang-orang yang bekerja profesional adalah tidak memiliki perhatian atau bahkan melupakan masalah-masalah di luar profesinya, seperti berkaitan dengan sosial, kemanusiaan, atau bahkan memperhatikan akhlak. Karena itu menurut Prof Hamid seorang profesional belum tentu berakhlak baik.
Dia menyebutkan satu contoh kecil, setiap hari bus berada di halte itu pada jam dan menit tertentu. Dan harus meninggalkan dalam menit tertentu, tidak boleh menunggu sedetikpun.
Satu ketika ada nenek tua yang berjalan lambat. Supir bus yang profesional tidak peduli, ditinggalkan nenek itu. “Saya lihat ada profesionalisme yang luar biasa pada sopir, tapi dia seperti meninggalkan aspek kemanusiaan dan sosial," kata Prof Hamid saat mengisi webinar yang diselenggarakan Universitas YARSI beberapa waktu lalu.
Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya
Lalu bagaimana agar profesi bisa menjadi amal dan bagaimana agar amal berbasis iman? Prof Hamid mengatakan bahwa syariat Islam sejatinya untuk mensucikan manusia dan mendorong manusia bisa beramal.
Misalnya sholat bertujuan mencegah dari perbuatan keji dan munkar, syariat berzakat yang tujuannya agar mensucikan harta dan mendorong manusia untuk peduli dengan yang lain.
Karenanya menurut Prof Hamid setiap Muslim harus bermuhasabah tentang sejauh mana praktik syariat berdampak pada diri sendiri maupun orang lain.