REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Seorang pejabat keamanan Palestina ditembak hingga tewas di sebuah kamp pengungsi di Lebanon selatan, Senin (8/8/2022) malam waktu setempat. Dia adalah Saeed Alaeddine, seorang perwira dalam gerakan Fatah, yakni partai yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Menurut keterangan pejabat senior Fatah, Mounir Makdah, Alaeddine ditembak beberapa kali oleh seorang pria tak dikenal. Penembakan terjadi saat Alaeddine sedang melaksanakan shalat di rumah temannya di kamp pengungsi. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong.
Hingga kini belum diketahui identitas pelaku penembakan sekaligus motif di balik aksinya membunuh Alaeddine. Sebagai seorang perwira, Alaeddine diamanatkan untuk menjadi penghubung antara Fatah dan otoritas keamanan Lebanon.
Kamp yang menjadi lokasi penembakan Alaeddine adalah rumah bagi lebih dari 54 ribu pengungsi Palestina. Lebanon memang menampung ratusan ribu pengungsi Palestina. Berdasarkan data Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) terdapat lebih dari 450 ribu pengungsi Palestina yang terdaftar di Lebanon.
Sebagian besar dari mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan di 12 kamp pengungsi yang tersebar di Lebanon. Mereka pun menghadapi berbagai pembatasan hukum, termasuk dalam hal pekerjaan.
Bulan lalu, Kepala Departemen Pengungsi di Organisasi Pembebasan Palestina Ahmad Abu Holi mengatakan, UNRWA mengalami defisit anggaran hingga 100 juta dolar AS. Kondisi tersebut akan membuat UNRWA tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina yang meningkat.
"Tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kerawanan pangan yang tinggi di antara para pengungsi Palestina mengharuskan komunitas internasional bertindak untuk mendukungnya (UNRWA) serta menyediakan dana yang cukup dan berkelanjutan," kata Abu Holi, 23 Juli lalu, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Awal tahun ini, UNRWA mengungkapkan, mereka membutuhkan dana 1,6 miliar dolar AS. Uang itu diperlukan untuk mempertahankan layanan-layanan vital bagi jutaan pengungsi Palestina tahun ini. Mereka berharap komunitas internasional dapat memberikan kontribusi. Dana 1,6 miliar dolar yang dibutuhkan juga akan digunakan untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Suriah, dan Lebanon.